ummihirzi@gmail.com

ummihirzi@gmail.com
Isi blog ini adalah makalah yang pernah saya buat dan presentasikan di IKA FK Unand, juga artikel kesehatan yang sudah dimuat di kolom Opini Media Lokal/Regional.

Mengenai Saya

Foto saya
Lahir di Bireuen, Aceh, tanggal 05 September 1977. Alumni FK Universitas Syiah Kuala Aceh. Dan telah memperoleh gelar Spesialis Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Aktif sebagai pengurus IDAI Aceh, IDI Aceh Besar, Anggota Komunitas Rhesus Negatif Aceh dan sebagai Konselor Menyusui juga Ketua Aceh Peduli ASI (APA)...

Kamis, 17 Februari 2022

Dilema Screen Time pada Anak


 Yang dimaksud dengan screen time adalah lamanya waktu yang digunakan untuk menonton berbagai media elektronik/digital yang berbasis layar baik itu televisi, komputer, perangkat seluler dan juga tablet (gadget).

Saat ini sangat sering terlihat para orang tua yang memberikan gadget kepada bayi dan anaknya supaya si bayi atau anaknya terhibur atau menjadi tenang. Mereka merasa bahwa dengan memberikan gadget, maka hal tersebut menjadi solusi sehingga anaknya yang sedang menangis atau mengamuk, menjadi diam dan tenang serta tidak lagi mengganggu pekerjaan mereka. Demikian juga halnya dengan televisi, para orang tua akan menyuguhi tayangan lagu anak anak atau pun berbagai film kartun kesukaan anak anak. Hal tersebut bukan hanya dilakukan oleh orang tua saja, akan tetapi oleh anggota keluarga lain baik kakek, nenek atau bahkan oleh pengasuh.

Apakah hal demikian boleh dilakukan? Bagaimana sebenarnya aturan pemakaian screen time pada anak? Pada tahun 2016, berdasarkan rekomendasi American Academic of  Paediatric (AAP), bahwa untuk anak usia kurang dari 18 bulan, aktivitas screen time tidak dianjurkan kecuali untuk video chatting (secara interaktif-responsif).Video call masih dibolehkan karena bisa sebagai media interaksi dimana ada keterlibatan bayi untuk bisa berinteraksi terutama untuk keluarga yang jauh.

Kemudian pada anak usia 18-24 bulan hanya memilih konten program yang berkualitas untuk anak dan supaya dimainkan bersama dengan orang tua sehingga dengan demikian anak bisa mengetahui cara yang terbaik untuk menggunakannya. AAP menyarankan supaya menghindarkan anak melakukan kegiatan screen time tanpa pendampingan orang tua. Untuk anak di atas 24 bulan, pemakaian screen time hanya 1 jam per hari maksimal dan tetap memilih konten yang berkualitas serta butuh pendampingan orang tua juga.

            Rekomendasi terbaru dari WHO pada tahun 2019 yang meliputi ketentuan tentang aktivitas fisik, perilaku screen time sedentarian (fisik anak relatif diam dan pasif) dan waktu tidur. Untuk usia kurang dari 1 tahun, nol menit screen time, sebanyak 30 menit aktivitas fisik dan waktu tidur 14 sampai 17 jam (untuk usia 0-1 bulan), 12 sampai 16 jam untuk usia 1-12 bulan. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun maka untuk screen time adalah nol menit, di atas 2 tahun tidak boleh lebih dari satu jam, dengan aktivitas fisik selama 3 jam dan waktu tidur 11 sampai dengan 14 jam. Pada anak usia 3 sampai 4 tahun, screen time tidak dibolehkan lebih dari satu jam dengan aktivtas fisik 3 jam dan waktu tidur 10 sampai dengan 13 jam.

Nah bagaimana yang selama ini kita lakukan dalam keseharian? Sudah bijakkah kita para orang tua dalam memberikan gadget atau membebaskan anak anak menonton televisi? Nyatanya saat ini banyak sekali pengaruh negatif akibat dari screen time tersebut. Baik dari saat masa bayi , anak maupun anak remaja bahkan saat ini para orang tua sangat ketergantungan dengan benda yang bernama handphone (HP). Tentu banyak manfaat yang didapatkan dari HP, mulai dari kelancaran komunikasi (mendekatkan yang jauh), urusan keluarga, pekerjaan, dan lain lain. Akan tetapi bila salah dengan penggunaannya maka akibatnya juga fatal.

Karena banyaknya efek negatif, seorang ibu menyusui juga diberikan peringatan dalam menggunakan gadget. Ada istilah yang disebut dengan brexting yaitu kebiasaan menyusui sambil bermain gadget. Efek yang ditimbulkan adalah bisa mengganggu bonding (rasa kedekatan, kasih sayang ibu dan anak), ibu tidak mengenal sinyal lapar dan kenyang bayinya dan rasa tidak nyaman bayinya serta efek radiasi kepada bayi dan merusak mata.

Hormon anak bisa terganggu karena penggunaan gadget oleh ibunya terutama pada malam hari. Hormon melatonin yang dihasilkan oleh kelenjar pineal bisa turun akibat sinar biru dari HP sehingga anak menjadi sulit tidur. Bila sulit tidur, maka hormon lain juga menjadi terganggu dan mengganggu tumbuh kembang bayi/anak. Kebiasaan menyusui sambil bermain gadget akan membuat ibu menjadi tidak fokus saat menyusui.

Seorang ibu seharusnya fokus pada bayinya saat menyusui dan memberikan stimulasi kepada bayi baik dengan mengajaknya mengobrol, menyentuh bayinya atau mengajak senyum. Hal tersebut termasuk dalam stimulasi bicara, penglihatan dan pendengaran. Fokus kepada bayi saat menyusui akan membuat ibu dan bayi nyaman. Saat menyusui, bayi biasanya akan menatap ke arah mata ibunya. Saat itulah terjadi kontak mata antara ibu dan bayi sehingga  menjadi saat yang baik untuk berkomunikasi. Isapan bayi pada payudara ibu sangat penting untuk meningkatkan hormon prolaktin, salah satu hormon yang menghasilkan ASI. Keterikatan ibu dengan anak selama masa awal  kehidupan itu sangat penting, sehingga bila  keterikatan ini terinterupsi, maka anak kemungkinan akan mengalami masalah kecemasan di  masa mendatang.

Penggunaan screen time pada bayi juga mengganggu perkembangan terutama dalam perkembangan bahasa. Dari beberapa penelitian disebutkan bahwa salah satu penyebab keterlambatan bicara pada anak disebabkan oleh pemakaian gadget. Mengapa demikian? Pada saat anak terpapar screen time, anak hanya menonton saja tanpa tidak ada interaksi dua pihak.

Menjadi pemandangan yang biasa terlihat di setiap keluarga dimana anak sudah dibekali HP sejak dari kecil. Awalnya mungkin orang tua berpikir hal tersebut adalah bagian dari kasih sayangnya kepada anak, akan tetapi ternyata hal tersebut malah akan menjadi bumerang. Semakin banyak waktu yang dihabiskan anak menggunakan gadget terutama bila berselancar di dunia maya, maka makin besar peluang untuk terpapar materi yang tidak sesuai usia mereka. Hal tersebut tentu sangat tidak sehat, karena anak menghabiskan waktu sendirian memandangi layar komputer dan tanpa melakukan aktivitas fisik.

Sangat diharapkan kebijaksanaan para orang tua supaya tetap memperhatikan berbagai hal dalam penggunaan screen time yaitu antara lain tidak melakukan kegiatan screen time saat di kamar tidur, saat anak makan dan pada 1 jam sebelum tidur. Gadget tidak digunakan sebagai wadah untuk menenangkan perilaku anak dan supaya orang tua mempunyai berbagai alternatif aktivitas lain untuk belajar memecahkan masalah dan untuk menenangkan serta menghibur si anak. Kegiatan outdoor merupakan salah satu kegiatan yang sangat berguna dalam mengurangi paparan screen time pada anak. Antara lain bisa dengan bermain petak umpet, bermain sepeda, berenang, jalan jalan menikmati indahnya suasana alam dan lain sebagainya. Anak akan terbiasa beraktifitas dan tidak teringat untuk bermain games di gadgetnya.

Akan sangat susah nantinya kalau anak sudah mengalami ketergantungan dengan gadget. Mau tidur akan bermain gadget sebagai pengantar tidurnya, baru bangun tidur akan mencari HP untuk kesenangannya ditambah di keseharian akan mengurung diri di kamar hanya asyik dengan games di Hpnya. Biarlah tega hai para orang tua, biarlah mereka menangis karena tidak kita berikan HP dari pada kita nantinya yang menangis karena efek buruk dari HP yang terjadi pada anak kita. Bagaimana, sepakat? Sudah dimuat di Harian Serambi Indonesia tanggal 18 Feb 2022. Baca Sini

Tidak ada komentar:
Write komentar

Tertarik dengan kegiatan dan layanan informasi yang kami berikan?
Anda dapat memperoleh informasi terbaru melalui email.