ummihirzi@gmail.com

ummihirzi@gmail.com
Isi blog ini adalah makalah yang pernah saya buat dan presentasikan di IKA FK Unand, juga artikel kesehatan yang sudah dimuat di kolom Opini Media Lokal/Regional.

Mengenai Saya

Foto saya
Lahir di Bireuen, Aceh, tanggal 05 September 1977. Alumni FK Universitas Syiah Kuala Aceh. Dan telah memperoleh gelar Spesialis Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Aktif sebagai pengurus IDAI Aceh, IDI Aceh Besar, Anggota Komunitas Rhesus Negatif Aceh dan sebagai Konselor Menyusui juga Ketua Aceh Peduli ASI (APA)...

Rabu, 02 September 2020

Label Negatif Untuk Yang Positif

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 semakin meningkat tajam. Tercatat sampai hari ini, Senin 30 Agustus 2020 jumlah kasus positif yaitu sejumlah 1599 orang, 615 orang sembuh, 923 masih dirawat baik dirawat di berbagai rumah sakit maupun yang melakukan isolasi mandiri, dan 61 meninggal. Ini merupakan  angka pelonjakan yang fantantis dibandingkan jumlah kasus bulan lalu. Aceh yang awalnya hanya memiliki sedikit kasus Covid-19 dan merupakan kasus yang imported cases, akan tetapi seiring waktu malah sudah terjadi “bom” kasus dengan transmisi lokal.

            Apakah penyebab terjadi lonjakan kasus demikian? Apakah disebabkan karena faktor pelanggaran protokol kesehatan yang dilakukan masyarakat?  Atau apakah karena sudah terlalu mudahnya keluar masuk angkutan ke Aceh baik melalui darat, laut maupun udara? Apakah sudah maksimal upaya pencegahan yang dilakukan oleh Pemerintah Aceh? Wallahu’am bisshawab.

             Saat ini selain masalah kasus yang semakin melonjak di masyarakat kita baik itu di Indonesia maupun di Aceh khususnya, masih banyak beredarnya informasi hoaks seputar Covid-19. Informasi yang beredar tersebut yaitu antara lain bahwa Virus Covid-19 adalah rekayasa.  Penyakit Covid-19 ini merupakan konspirasi yang sengaja dihembuskan, virus tersebut tidak ada, data pasien hanya direkayasa untuk mengeruk keuntungan bagi rumah sakit saja dan bagi para dokter yang merawat serta banyak sekali berita menyesatkan yang beredar di masyarakat.

`           Selain hoaks tentang ketidakpercayaan terhadap Covid-19, kita dihadapkan juga oleh hoaks seputar berbagai hal pencegahan dan pengobatan Covid-19 ini. Informasi yang diedarkan yaitu misal bahwa thermal gun berbahaya karena merusak otak, bahwa menyemprot seluruh tubuh dengan alkohol bisa membunuh virus Covid-19, makan bawang putih bisa terhindar dari infeksi, madi dengan air panas bisa membunuh virus dan penyakit ini hanya menyerang penderita lanjut usia serta masih banyak informasi lainnya yang tidak tepat, dimana bila tidak diluruskan maka informasi sesat tersebut akan semakin menyebar dan berakibat buruk bagi penanganan kasus Covid-19 di Aceh.

            Akan tetapi, ternyata selain informasi sesat tersebut, terjadi pula hal lain yang sungguh membuat miris. Dan ini juga terjadi di seluruh Indonesia juga termasuk di Aceh. Banyaknya terjadi penolakan terhadap pemakaman pasien yang meninggal karena Covid-19 ini. Juga hal lain adanya penolakan untuk pulang ke perumahan yaitu para tenaga medis yang bekerja sehari hari merawat pasien Covid-19. Di satu sisi mereka tidak percaya terhadap penyakit Covid-19 ini, tapi di sisi lain mereka menolak orang yang merawat pasien Covid atau jenazah pasien Covid-19 dengan alasan khawatir tertular. Nah, bingung kan!!

            Yang juga sangat mengkhawatirkan adalah pelabelan negatif terhadap pasien yang terkonfirmasi positif. Pelabelan datang dari lingkungan terdekat dari si pasien tersebut baik dari anggota keluarga sendiri, tetangga rumah, teman teman sekantor dan juga teman dunia maya sekalipun. Terjadi juga bullying demi bullying terhadap pasien tersebut. Penderita Covid-19 dianggap sebagai hal yang sangat buruk sehingga harus dijauhkan bahkan dikucilkan. Label negatif lain yang diterima yaitu menderita Covid-19 ini dianggap sebagai aib dan memalukan dan dianggap juga sebagai dosa besar. Banyak terjadi dimana tetangga yang menjauhkan diri bahkan sampai yang bersangkutan selesai rawatan, selesai masa isolasi dan dinyatakan sembuh pun. Tidak dilibatkan lagi di setiap kegiatan di desa bahkan sampai tidak diundang pada saat ada acara di lingkungan rumahnya.

Ditambah lagi pelabelan bahwa mereka yang menderita Covid-19 adalah mereka yang tidak patuh sama sekali dengan protokol kesehatan. Bila begitu hal yang dituduhkan, nah bagaimana dengan mereka para tenaga medis yang terinfeksi karena merawat pasien Covid-19? Apakah mereka dianggap tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang benar dan tidak mematuhi protokol kesehatan? Sungguh penyakit ini masih sangat baru dan menyimpan banyak sekali misteri. Tugas kita saat ini mengikuti segala prosedur kesehatan yang sudah ditetapkan oleh para ahli kesehatan.

            Sedangkan kita yang asyik melabeli, tidak pernah mengetahui bagaimana perasaan mereka dan keluarganya yang terkonfirmasi positif tersebut. Adanya perasaan bersalah dan khawatir malah menularkan kepada orang orang terdekat dan kepada orang lain. Adanya perasaan terpukul dan sangat down karena hasil positif yang diterima, dan ini bukan hanya untuk mereka yang sudah jelas hasil swab, akan tetapi bagi yang menunggu hasil swab pun merasakan hal yang sama. Penderita yang asimptomatik (tanpa gejala) juga tersugesti merasakan sesak nafas tiba tiba karena kekhawatiran yang dirasakan. Merasa sangat khawatir akan mengalami perburukan kondisi klinis, akan diisolasi di RS dan tidak bertemu sama sekali dengan orang terdekat bahkan sampai meninggal pun tidak bisa difardhukifayahkan oleh banyak orang. Belum lagi ada pandangan sinis dari tetangga bahkan teman yang sampai mengumumkan di media sosial pribadi bahwa ada tetangganya yang saat ini sedang isolasi.

            Begini burukkah sudah level sosial kita sekarang? Beginikah yang diajarkan oleh agama kita? Beginikah yang diperintahkan oleh Allah dan RasulNYA? Jelas sekali tidak demikian. Bila ada saudara kita yang sedang sakit atau mengalami kesusahan, sudah seharusnyalah kita ikut meringankan bebannya. Oleh karena situasi pandemi seperti ini kita tidak bisa menghibur dengan membesuk langsung, namun kita masih tetap bisa menghibur saudara kita tersebut dengan memberikan support positif dan mendoakan kesembuhannya segera.

            Tidak ada seorang pun di dunia ini yang menginginkan dirinya menjadi sakit. Tidak ada seorang pun yang ingin tertular serta menularkan penyakitnya kepada orang lain. Jadi mari kita semua hentikan sikap tersebut, sikap menyalahkan dan memojokkan mereka yang sudah  dinyatakan terkonfirmasi positif. Dengan status positif saja mereka sudah sangat merasa sedih apalagi mendapat perlakuan yang tidak sewajarnya. Stigma negatif lingkunganlah yang malah menyebabkan mereka yang sedang diuji dengan Covid-19 memburuk kondisinya.

Sesungguhnya memberikan semangat  dan dukungan positif sangatlah diperlukan apalagi bisa memberikan dukungan material kepada yang bersangkutan atau keluarganya yang mau tidak mau harus mengisolasi diri karena keharusan dan juga kewajiban moralnya tidak ingin menularkan kepada orang lain. Isolasi satu keluarga tentu banyak sekali berimbas terutama  bagi perekonomian. Sudah seharusnyalah para tetangga atau lingkungan terdekat memberikan bantuan dalam hal penyediaan bahan pangan untuk sehari hari. Karena bagaimanapun mereka yang diisolasi menjadi tidak bekerja, tidak bisa belanja kebutuhan sehari hari walaupun ada uang sekalipun.

Jadi kalau bisa menyemangati mengapa harus menyalahkan. Kalau bisa membantu mengapa harus menyusahkan. Akan tetapi bila memang tidak bisa dan tidak sempat membantu, setidaknya jangan membuat kondisi menjadi lebih buruk. Sebaik baik manusia adalah orang yang bermanfaat untuk orang lain.

Minggu, 30 Agustus 2020

Kapan Susu Formula Boleh Diberikan?


Bisa menyusui dan memberikan ASI adalah idaman dan keinginan semua ibu. Mengapa? Karena dengan menyusui berarti sudah menjalankan ibadah dan perintah Allah yang termaktub dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 233. Selain itu, banyak sekali keuntungan menyusui baik bagi bayi, ibu maupun untuk keluarga dan juga lingkungan sekitar.

            Nah bagaimana halnya bila ada bayi yang tidak mendapatkan ASI? Bagaimana halnya bila ada ibu yang tidak bisa menyusui bayinya? Terdapat hirarki dalam pemberian makanan dan minuman pada bayi, yaitu 1). Menyusui langsung, 2). Memberikan ASI perah, 3). ASI donor, dan 4). Susu formula. Jadi susu formula merupakan tingkatan terakhir untuk pemberian makanan dan minuman pada bayi.

            Pertanyaannya kapankah boleh memberikan susu formula? Sesuai  hirarki tersebut, maka susu formula diberikan bila ASI langsung, ASI Perah dan ASI Donor tidak mungkin diberikan. Berdasarkan Undang Undang RI No. 36 tahun 2009 pasal 128 disebutkan bahwa setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 133 tahun 2012, juga disebutkan dalam pasal 7 bahwa kewajiban memberikan ASI tidak berlaku bila terdapat indikasi medis, ibu jauh dari bayi, dan ibu tidak ada.

Indikasi medis yang dimaksudkan terbagi dua kriteria, yaitu berdasarkan kondisi bayi dan juga kondisi ibu. Bayi yang memerlukan formula khusus adalah dengan kondisi Galaktosemia klasik, Maple syrup urine disease, Fenilketonuria. Galaktosemia  adalah kondisi dimana bayi tidak mampu memecah galaktosa. Senyawa tersebut adalah bagian dari laktosa yang merupakan gula utama di dalam ASI. Bayi dengan galaktosemia klasik, maka kemungkinan besar mereka tidak dapat mengonsumsi ASI.  Maple syrup urine disease adalah suatu kondisi penyakit lain yang menyebabkan bayi tidak bisa mencerna protein leusin, isoleusin, dan valine. Sebab itulah bayi tidak boleh mendapatkan ASI atau susu biasa dan hanya boleh diberikan susu formula tanpa kandungan ketiga jenis protein tersebut. Sedangkan Fenilketonuria enilketonuria (PKU) adalah kesalahan metabolisme bawaan yang ditandai dengan tidak adanya atau kekurangan enzim Fenilalanin hidroksilase yang gunanya untuk memproses fenilalanin asam amino esensial.

Selanjutnya kondisi bayi yang membutuhkan formula selain ASI dalam jangka waktu terbatas atau bersifat sementara yaitu Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) kurang dari 1500 gram, bayi lahir pada usia kehamilan kurang dari 32 minggu serta bayi berisiko hipoglikemia yang gagal merespons pemberian ASI. Untuk kondisi seperti ini, pemberian susu formula harus atas konsultasi dan resep dari dokter.

Indikasi medis lain yang membolehkan pemberian susu formula adalah kondisi ibu. Ibu dibenarkan tidak menyusui secara permanen yaitu kondisi ibu yang menderita Infeksi HIV. Namun untuk pengganti ASI berupa susu formula harus memenuhi kriteria AFASS (Acceptable (dapat diterima), Feasible (layak), Affordable (terjangkau), Sustainable (berkelanjutan) & Safe (aman)). Sedangkan kondisi Ibu dibenarkan menghentikan menyusui sementara yaitu penyakit parah yang menghalangi ibu merawat bayi yaitu infeksi virus herpes simpleks 1 di payudara dan kondisi ibu terpapar dengan obat obatan psikoterapi, radioaktif, iodium, dan juga kemoterapi.

Dalam pasal 15 dan 16 PP Nomor 33 tahun 2012 disebutkan bahwa dalam hal pemberian ASI Eksklusif tidak dimungkinkan berdasarkan pertimbangan (indikasi medis baik dari phak ibu maupun bayi), bayi dapat diberikan susu formula bayi. Dalam memberikan susu formula bayi, maka tenaga kesehatan harus memberikan peragaan dan penjelasan atas penggunaan dan penyajian susu formula bayi kepada ibu dan/atau keluarga yang memerlukan susu formula bayi.

            Jadi memberikan susu formula adalah harus atas indikasi medis. Dan jika memang diperlukan maka penggunaannya pun harus dijelaskan dengan baik oleh tenaga kesehatan. Mengapa? Kesalahan dalam penggunaan baik itu dalam persiapan, pembuatannya dan penyimpanannya bisa berakibat tidak baik untuk bayi. Jadi semuanya ada aturannya. Misalnya dalam pengenceren, bila terlalu kental bisa menyebabkan bayi sembelit dan dehidrasi, akan tetapi bila terlalu encer menyebabkan bayi kekurangan gizi yang dibutuhkan. Kemudian aturan dalam membuatnya dimana dibutuhkan air yang bersih dan sudah dimasak. Masih banyak ditemukan di wilayah Indonesia, masyarakat yang menggunakan sungai sebagai sumber air minumnya sekaligus juga MCK. Hal yang juga dikhawatirkan adalah kebersihan botol. Bayi yang menggunakan susu formula dan diberikan dengan botol dot sangat berisiko terjadi diare apabila tidak memperhatikan faktor hygienitasnya.

            Maka bila para ibu dan bayi tidak memiliki kondisi medis yang menghalanginya untuk menyusui, maka lanjutkan pemberian ASI. Menyusui adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan oleh seorang ibu pada bayinya. Pada keadaan miskin, menyusui mungkin merupakan pemberian satu-satunya, sedangkan pada keadaan sakit, menyusui dapat merupakan pemberian yang menyelamatkan jiwanya...

 

Senin, 24 Agustus 2020

Saat Saya Dinyatakan Positif!!


Pada hari Selasa, 4 Agustus 2020, saya datang ke Pinere RSUDZA untuk melakukan pemeriksaan swab. Mengapa? Karena saya merasa melakukan kontak erat dengan seorang teman yang dikabarkan terkonfirmasi positif Covid-19. Pengertian kontak erat sesuai Pedoman Kemenkes yaitu seseorang yang kontak atau berdekatan dengan seseorang yang terkonfirmasi positif Covid-19 dalam jarak kurang 1 meter dan dalam waktu lebih 15 menit. Bisa saja saya  juga kontak dengan orang lain sebelumnya, apakah itu dengan pasien di di rumah sakit, praktik  atau dimana saja. Wallahu’alam. Yang jelas saya tidak berusaha menyalahkan atau mencari kambing hitam di sini.

 Ini adalah tanggung jawab moral saya untuk menyakinkan diri apakah saya tertular atau tidak. Dan jangan sampai saya menularkan kepada orang lain. Bayangkan di rumah saya ada anak anak, suami, para keponakan, juga Mamak saya yang sudah lanjut usia. Ini sangat saya khawatirkan,walaupun sejak saya putuskan isolasi diri (malam sebelumnya), saya tidak berjumpa dengan beliau. Hanya via videocall saja saya memantau kondisi beliau. Beliau dengan berbagai penyakit berat dan kondisi yang lemas. Kondisi beliau membuat saya merasa sangat khawatir.

            Dan saat yang tidak saya harapkan itupun tiba. Menjelang magrib tanggal 5 Agustus (Rabu), saya mendapat jawaban tentang hasil swab saya: ”positif dok”, kata Kepala Laboratoriumnya. Perasaan saya sangat kacau. Rasanya gunung jatuh ke atas kepala. Jantung berdegup kencang sambil saya menangis sesenggukan di dalam kamar. Ya sendirian tentunya saya menangis karena memang sudah lebih sehari saya mengisolasi diri. Setelah satu jam, saya pun memberitahu suami bahwa saya terkonfirmasi positif Covid-19. Saya beritahu via telpon dan beliau hanya terdiam dan bertanya kondisi saya bagaimana sekarang. Dukungan beliau yang menguatkan saya. Kita hadapi sama sama ya sayang, kita lawan Covid ini bersama. Begitulah dukungannya yang membuat saya menjadi bersemangat kembali.

            Kemudian saya mulai memberitahu beberapa orang tentang berita tersebut. Reaksi yang diberikan oleh teman teman bisa mencerminkan siapa saja yang bisa dianggap sebagai sahabat. Ada yang berusaha mencari kesalahan saya dengan menyalahkan kegiatan yang saya lakukan sebelumnya. Ya sudahlah saya menganggap itu sebagai pembelajaran. Tapi ternyata Allah memberikan sahabat yang sangat banyak yang luar biasa memberikan dukungan. Masyaa Allah tidak sanggup saya jabarkan satu persatu. Sangat banyak masuk pesan whatsapp, sms, inbox di Fb dan dm di instagram saya. Dan semuanya mendoakan yang terbaik buat saya dan memberikan semangat.

            Berbagai dukungan lain juga ditunjukkan oleh para sahabat. Saya hitung sejak hari Rabu tersebut, saya banyak sekali menerima panggilan telpon dari abang gojek yang mengantarkan berbagai paket. Baik itu makanan, minuman berupa berbagai jenis buah buahan, air zamzam, susu, kurma, madu, Habbatussauda, minuman rempah yang khusus dimasak sendiri oleh sahabat saya, kemudian juga multivitamin, propolis, masker, handschoen, hand sanitizer, face shield, berbagai cemilan berupa kerupuk, kue bawang, salak pliek, pudding, donat, berbagai jenis bolu/cake, pizza, ayam goreng bahkan ada yang mengirim rendang Padang, Juga yang paling saya idamkan:kopi sanger.

Masya Allah setiap menerima kiriman tersebut, selalu saya menangis terharu. Luar biasa bahagia dikelilingi oleh mereka yang sangat baik, sangat perhatian. Juga dukungan dari organisasi dimana saya berada di dalamnya. Kiriman paket juga saya terima dari IDI Wilayah Aceh, IDI Aceh Besar, PW Aisyiyah Aceh, Kawan Spesialis RS Aceh Besar, Dinas Kesehatan Aceh Besar, IDAI Aceh dan tentu saja semua teman teman Aceh Peduli ASI serta teman teman seangkatan kuliah dulu.. Peluk erat buat semua.

            Pada awal memang terasa sangat berat menjalaninya. Terutama karena berpisah dengan anak anak. Ya berpisah secara fisik. Putri bungsu saya, selalu menangis sambil menelpon meminta untuk berjumpa dan memeluk saya. Luar biasa berat rasanya untuk tidak menangis mendengar rengekannya. Alhamdulillah setelah beberapa hari dilalui, si bungsu sudah mulai paham. Anak anak, suami dan semua keluarga besar yang kontak erat dengan saya, ikut menjalani tes pemeriksaan swab juga.  

Semangat yang diberikan oleh teman teman, membuat saya berusaha bahagia selalu. Saya putuskan menerima ajakan live instagram dari seorang dokter selebgram dari Jakarta, membahas tentang menyusui. Kemudian saya tetap ikut meeting online untuk persiapan kegiatan Pelatihan Gizi Buruk bersama Unicef dan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh bahkan dilanjutkan menjadi panelis/pelatih dalam kegiatan tersebut selama 7 kali pertemuan. Kemudian saya juga menjadi pembicara di Webinar Nakes dan Webinar Awam dalam rangka perayaan World Breastfeeding Week (Pekan Menyusui Sedunia) tahun 2020 oleh Aceh Peduli ASI, dimana saya juga sebagai Ketuanya.

            Alhamdulillah saya ucapkan ternyata hal tersebut bisa menjadi immune booster buat saya. Walaupun hanya di kamar saja, tapi saya harus  produktif dan tetap melakukan kegiatan di luar ibadah rutin dan sunat yang saya jalankan.

            Dari Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Aceh juga ikut menghibur kami tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif Covid-19 dengan mengadakan beberapa kali pengajian.. Para ustad berpesan bahwa dengan Allah memberikan sakit/musibah ini menjadikan kesempatan buat kita untuk memperbanyak ibadah dimana sebelumnya mungkin terasa kurang karena kesibukan di rumah sakit atau puskesmas dan tempat praktik. Jadikan musibah yang Allah berikan sebagai kesempatan untuk mengisitirahatkan fisik dari kelelahan aktifitas duniawi, manfaatkan waktu untuk bermuhasabah dan mendekatkan diri kepadaNYA. Allah tidak akan memberi ujian di luar kemampuan hambaNYA. Dan Allah sudah memilih hambaNYA yang kuat untuk menjalani ujianNYA. Luar biasa sungguh membakar semangat mendengar tausiyah beliau.

Terimakasih yang sangat besar saya ucapkan kepada semuanya yang sudah memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada saya. Hanya Allah yang dapat ,membalas kebaikan teman teman semua. Pelajaran berharga yang bisa kita petik adalah bahwa Covid-19 tersebut bisa menyerang siapapun. Sudah berusaha menjaga protokol kesehatan saja bisa tertular, bagaimana lagi dengan orang orang yang tidak peduli di luar sana. Yang penting kita ingat saat ini bahwa Aceh itu dimana pun sudah terjadi transmisi lokal. Siapa saja yang kita temui, mungkin saja merupakan orang terkonfirmasi positif tapi tanpa gejala (sebelumnya di pedoman lama disebut dengan OTG). Maka kita harus waspada selalu dengan memakai masker, menjaga jarak dan sering mencucui tangan. Pesan saya juga kepada masyarakat untuk tidak memberikan label negatif kepada mereka yang terkonfirmasi positif. Didiagnosis Covid-19 ini bukanlah aib. Tidak ada satu orangpun yang mau tertular dan ingin menularkan kepada orang lain. Semoga bermanfaat sharing saya ini.

Sabtu, 01 Agustus 2020

Menyusui di Masa Pandemi

Kondisi pandemi Covid-19 sudah menyerang dunia selama lebih kurang 7 bulan. Dan khususnya untuk negara kita Indonesia, sudah terjadi wabah tersebut selama lebih dari 4 bulan. Saat ini kasus di dunia per tanggal 26 Juli adalah 16,3 juta kasus. Di Indonesia sendiri sudah mencapai 98.778 kasus. Kasus tersebut hampir menyerang semua kelompok usia baik usia lanjut, dewasa, bayi, anak anak bahkan ibu hamil dan ibu menyusui.

            Nah, bagaimana dengan ibu menyusui bila terkonfirmasi positif Covid-19? Apakah masih tetap boleh meneruskan menyusui langsung, atau harus menghentikan pemberian ASInya? Dari berbagai literatur, tidak didapatkan bukti bahwa virus Covid-19 bisa ditransmisi melalui ASI. Sebagaimana kita ketahui bahwa penularan virus penyebab penyakit Covid-19 ini adalah melalui droplet atau percikan baik itu berupa batuk, bersin yang mengenai benda atau orang di sekitar. Walaupun belakangan terdapat informasi bahwa penyebaran virus ini juga dikhawatirkan melalui air borne atau melalui udara, akan tetapi penularan via ASI tetap belum dilaporkan sejak kasus pertama terjadi di Wuhan, China.

            Berdasarkan dari pedoman yang berasal dari WHO-Unicef dan ABM, bahwa belum ditemukan adanya transmisi vertikal dari ibu ke janin. Demikian juga dari penelitian terbatas, bahwa tidak ditemukan SARS Co-V (SARS Corona Virus 2, nama virus penyebab Covid-19) dalam ASI pada ibu menyusui yang terkonfirmasi positif Covid-19. Oleh Zeng dkk, pada Maret 2020 merilis hasil penelitian dimana dari enam orang ibu yang terkonfirmasi positif Covid-19, virus SARS Co-V tersebut tidak terdeteksi pada serum/swab tenggorokan bayinya, Jadi ibu dengan positif Covid-19 dapat terus melanjutkan untuk menyusui bayinya.

            Mengapa WHO mengeluarkan rekomendasi demikian? WHO mengakui bahwa rekomendasi yang dikeluarkan berupa “bahwa ibu yang terinfeksi Covid-19 harus selalu dekat dengan bayinya”, mungkin tampak bertentangan dengan prinsip Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang mencakup tentang isolasi bagi orang yang terkonfirmasi positif. Pada bayi, risiko infeksi jauh lebih rendah dan infeksinya biasanya ringan atau tanpa gejala, akan tetapi konsekuensi dengan memisahkan bayi dari ibunya jauh lebih terasa berefek signifikan.

ASI mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung zat zat gizi yang lengkap, mudah dicerna, diserap secara efisien. ASI mengandung semua nutrisi penting yang diperlukan bayi untuk tumbuh kembangnya, disamping itu juga mengandung antibodi yang akan membantu bayi membangun sistem kekebalan tubuh dalam masa pertumbuhannya. Dalam satu tetes ASI mengandung air, protein, laktosa, antibodi, asam lemak essensial, vitamin dan mineral, hormon dan faktor pertumbuhan, mikrobiota normal, serta enzim anti viral dan anti bakterial.  

ASI melindungi terhadap infeksi, melindungi kesehatan ibu, membantu bonding dan menunda kehamilan yang baru. Menyusui membantu ibu dan bayi membentuk hubungan yang erat dan penuh kasih sayang yang membuat ibu merasa puas secara emosional. Kontak kulit antara ibu dan bayi segera setelah persalinan membantu mengembangkan hubungan tersebut. Proses ini yang disebut dengan bonding.

Pada semua tataran kehidupan sosial ekonomi, menyusui dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan kesehatan jangka panjang serta manfaat tumbuh kembang bayi baru lahir dan anak. Menyusui juga meningkatkan kesehatan ibu. Penularan COVID-19 melalui ASI dan menyusui belum terbukti. Jadi tidak ada alasan untuk menghindari atau berhenti menyusui.

Akan tetapi semua keputusan untuk bisa menyusui langsung itu diserahkan kepada si ibu. Bila ibu ragu atau tidak memungkinkan menyusui langsung, maka bisa memberikan ASI perah. Bila ibu menyusui langsung, maka si ibu harus mematuhi protokol kesehatan.  Saat menyusui, seorang ibu harus tetap menerapkan langkah-langkah kebersihan yang tepat, termasuk mengenakan masker medis jika tersedia atau masker kain, untuk mengurangi kemungkinan menularkan droplet yang mengandung virus penyebab COVID-19 kepada bayinya. Ibu dianjurkan untuk mengganti masker segera setelah masker tersebut lembab dan kemudian segera membuang masker medisnya setelah digunakan. Masker medis yang sudah dipakai, tidak bisa digunakan lagi setelah lebih 4 jam. Kemudian ibu tidak menyentuh bagian depan masker, tetapi melepaskannya dari belakang. Untuk maser kain supaya bisa sering dicuci.

            Aturan lain yang harus selalu dipenuhi adalah mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air atau menggunakan hand sanitizer/rub berbasis alkohol, terutama sebelum menyentuh bayinya. Bersin atau batuk dengan menggunakan tisu, dan segera membuangnya serta mencuci tangan dengan hand sanitizer berbasis alkohol atau dengan sabun dan air bersih. Bila ibu  baru saja batuk di atas payudara atau dadanya yang terbuka, maka dia perlu mencuci payudaranya dengan sabun dan air hangat setidaknya selama 20 detik sebelum menyusui. Nah, setelah melakukan berbagai langkah pencegahan, maka aman bagi ibu untuk menyusui bayinya.

Jumat, 31 Juli 2020

ASI Menyehatkan Bumi

Minggu pertama bulan Agustus setiap tahunnya diperingati sebagai World Breastfeeding Week. Sebelumnya di Indonesia dikenal dengan istilah Pekan ASI Sedunia, akan tetapi mulai tahun ini, istilah tersebut diganti dengan Pekan Menyusui Sedunia. Tujuan diperingati setiap tahunnya adalah untuk terus memberikan kesadaran kepada masyarakat dunia tentang pentingnya pemberian ASI. Pada tahun 2020 ini mengambil tema “Dukung Menyusui, untuk Bumi yang Lebih Sehat”.

Menyusui adalah perintah Allah termaktub dalam Al Quran surat Al Baqarah Ayat 233. Air Susu Ibu (ASI) adalah anugerahNYA yang tidak ternilai harganya. ASI merupakan zat hidup yang sangat dibutuhkan oleh bayi baru lahir  sampai berusia dua tahun. Untuk enam bulan pertama ASI bisa memenuhi 100% kebutuhan bayi sehingga disebutkan dengan istilah ASI Eksklusif dimana hanya memberikan ASI saja tanpa ada makanan dan minuman lainnya.

Sebagaimana sudah kita ketahui bahwa menyusui sangat banyak bermanfaat baik bagi si bayi maupun si Ibu. ASI mengandung zat zat gizi yang lengkap, mudah dicerna, diserap secara efisien. ASI mengandung semua nutrisi penting yang diperlukan bayi untuk tumbuh kembangnya, disamping itu juga mengandung antibodi yang akan membantu bayi membangun sistem kekebalan tubuh dalam masa pertumbuhannya. . Dalam satu tetes ASI mengandung air, protein, laktosa, antibodi, asam lemak essensial, vitamin dan mineral, hormon dan faktor pertumbuhan, mikrobiota normal, serta enzim anti viral dan anti bakterial. 

ASI melindungi terhadap infeksi, melindungi kesehatan ibu, membantu bonding dan menunda kehamilan yang baru. Menyusui membantu ibu dan bayi membentuk hubungan yang erat dan penuh kasih sayang yang membuat ibu merasa puas secara emosional. Kontak kulit antara ibu dan bayi segera setelah persalinan membantu mengembangkan hubungan tersebut. Proses ini yang disebut dengan bonding.

Proses menyusui juga bersifat ramah lingkungan. Menyusui sangat berguna bagi lingkungan. Semakin sedikit pembelian produk-produk pabrikan seperti halnya susu dan botol-botol susu, sama dengan mengurangi sampah di sekitar kita. Susu formula dan botol susu harus diproduksi dan dikemas, dimana hal tersebut menggunakan banyak energi dan sumber daya. Setelah itu kemudian didistribusikan ke toko-toko. Konsumen menggunakan bahan bakar untuk sampai ke toko dan membeli susu formula. Kemasan dan botol bekas yang sudah digunakan juga  harus dibuang.

               Tidak seperti ASI, susu formula bayi dan balita (yang sering didasarkan pada susu sapi) memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global selama tahap pembuatan, pemrosesan dan transportasi. Pengganti ASI menggunakan sumber daya yang signifikan dan menghasilkan limbah besar yang berakhir di tempat pembuangan sampah, serta polusi plastik.  Peternakan sapi perah industri mengancam keanekaragaman hayati dan produk limbah sapi berkontribusi pada emisi metana global tahunan - kontributor utama efek rumah kaca, kedua setelah karbon dioksida. Limbah dari sapi perah, serta pupuk yang digunakan untuk menanam pakan untuk mereka, mencemari sungai dan air tanah, mempengaruhi semua ekosistem yang bergantung padanya. Di beberapa tempat produksi formula membutuhkan penggunaan bahan bakar fosil yang tinggi. 

Menyusui adalah contoh utama dari hubungan yang mendalam antara kesehatan manusia dan ekosistem alam karena ASI merupakan makanan alami yang diproduksi tanpa polusi, kemasan ataupun limbah. Mendukung pemberian ASI maka mendukung upaya untuk bumi yang lebih sehat. Keuntungan bagi lingkungan karena mengurangi sampah dari susu buatan. Dengan menyusui pula dapat menekan pengeluaran untuk membeli kebutuhan susu  formula, sehingga lebih hemat dan ramah  lingkungan, sejalan dengan tujuan SDGs nomor 12 yaitu konsumsi yang bertanggung jawab.

Dikutip dari website IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) bahwa terdapat banyak beban dari dampak tidak menyusui di Indonesia diantaranya: 1). bertambahnya kerentanan baik pada ibu atau anak terhadap  penyakit. Dengan menyusui, dapat mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan (ISPA), menurunkan angka  kejadian diare sampai 50%, dan juga menurunkan angka penyakit usus parah pada bayi premature (kurang bulan) sebanyak 58%. Risiko kanker payudara pada ibu juga dapat menurun 6-10%. 2). Biaya kesehatan untuk pengobatan. Dengan mendukung ASI dapat mengurangi kejadian diare dan pneumonia sehingga biaya kesehatan dapat dikurangi 256,4 juta USD atau 3 triliun tiap tahunnya. 3). Kerugian kognitif - hilangnya pendapatan  bagi individual. ASI eksklusif dapat meningkatkan IQ anak, potensi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik karena memiliki fungsi kecerdasan tinggi. Tentunya hal ini akan meningkatkan potensi mendapatkan penghasilan yang lebih optimal. Ternyata dengan peningkatan IQ dan pendapatan per kapita, negara dapat menghemat 16,9 triliun rupiah lho! 4). Biaya susu formula, Di Indonesia, didapatkan data bahwa hampir 14% dari penghasilan seseorang (terutama orang tua, ayah atau ibu), habis digunakan untuk membeli susu formula bayi berusia kurang dari 6 bulan. Dengan ASI eksklusif, tentu saja penghasilan orangtua dapat dihemat sebesar 14%.

               Tidak ada makanan lebih banyak diproduksi secara lokal, lebih berkelanjutan atau lebih ramah lingkungan selain daripada ASI. ASI disebut sebagai produk makanan/minuman yang paling ramah. ASI adalah sumber daya yang dapat diperbarui secara alami, didapatkan secara gratis dan merupakann sumber nutrisi utama yang dibutuhkan oleh bayi untuk selama enam bulan pertama kehidupan, dan dilanjutkan sampai dua tahun kehidupannya.
               ASI bermanfaat bagi lingkungan kita karena tidak memerlukan iklan, pengemasan, atau transportasi dan tidak menghasilkan pemborosan atau penipisan sumber daya alam. Tidak ada energi yang terbuang untuk mensterilkan botol dan mendinginkannya. ASI juga memiliki suhu yang sempurna sehingga tidak perlu menggunakan energi untuk memanaskan apa pun dan air dan deterjen biasanya tidak diperlukan untuk mencuci botol. Selain itu, ASI tidak menciptakan polusi dari pembuatan dan pembuangan botol, dot dan kaleng.

Menyusui adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi ekosistem planet kita dan kesehatan kita. Dengan menyusui membantu memastikan keamanan pangan, memiliki efek positif pada kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak. Jadi secara tidak langsung ibu yang menyusui juga tengah mengabdikan dirinya untuk ikut menjaga kesehatan lingkungan di sekitarnya dan lingkungan alam yang lebih luas.

Oleh karena itu, mari kita mendukung ibu menyusui, untuk bumi yang lebih sehat. Bagaimana caranya mendukung ibu menyusui? Untuk seorang suami, bahagiakan istrinya yang sedang menyusui dengan cara membantu pekerjaan rumah, membiarkan istri istirahat, ikut serta dalam pengasuhan bayi dan selalu berusaha menyenangkan hati istrinya. Hati yang senang maka hormon oksitosin akan banyak diproduksi sehingga ASIpun deras mengalir. Untuk keluarga lain atau masyarakat di sekitar ibu menyusui juga tetap bisa mendukung ibu menyusui dengan menunjukkan respon positifnya. Sanggup? Harus dong!!.

Minggu, 17 Mei 2020

Nasib imunisasi di Tengah Pandemi

 

Saat ini penyakit COVID-19 masih menjadi masalah kesehatan bagi dunia, bagi negara kita dan juga bagi provinsi kita, Aceh. Walaupun kita masih bisa bernafas sedikit lega karena belum menjadi wilayah dengan transmisi lokal, akan tetapi semua pihak harus tetap waspada. Semua masyarakat harus terus mengikuti berbagai himbauan pemerintah dengan menerapkan social distancing yaitu tidak berada di keramaian kecuali untuk hal yang sangat penting, dan tetap berusaha melakukan physical distancing (menjaga jarak) dengan orang di sekitar kita.

            Dengan kondisi yang mengharuskan masyarakat untuk di rumah saja, bagaimana halnya dengan pelaksanaan kegiatan imunisasi secara menyeluruh? Apakah hal tersebut juga berdampak terhadap penyelenggaran imunisasi? Banyak orang tua menjadi khawatir untuk keluar rumah karena himbauan untuk social distancing tersebut. Mereka lebih memilih menunda mengimunisasi anaknya karena khawatir akan berkumpul dengan banyak orang lain baik itu di posyandu, puskesmas maupun di praktik dokter anak.

Bagaimana sebenarnya dengan kegiatan imunisasi ini? Apakah benar boleh ditunda? Kalau menunda bolehnya sampai berapa lama? Yang kita khawatirkan adalah menunda imunisasi karena untuk menghindari penyebaran virus corona, akan tetapi tanpa kita sadari malah nantinya akan berakibat terjadinya wabah penyakit karena rendahnya cakupan imunisasi. Ironi sekali dan semoga tidak terjadi hal demikian.

Imunisasi adalah suatu upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.  Imunisasi merupakan program kesehatan dunia yang dimotori oleh WHO dan dilaksanakan oleh semua negara di seluruh dunia sebagai program nasional termasuk Indonesia.

Pemberian Imunisasi sudah terbukti puluhan tahun menghilangkan atau mengurangi kejadian berbagai penyakit infeksi. Imunisasi merupakan suatu proses yang membuat seseorang menjadi imun (kebal) terhadap penyakit infeksi melalui pemberian vaksin. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman berupa bakteri, virus, jamur, parasit yang berasal dari luar tubuh. Sistem imun kita akan mengenal kuman yang masuk sebagai musuh yang harus dihancurkan dan imunitas terhadap kuman tersebut ditandai dengan terbentuknya zat anti bodi terhadap kuman tersebut dan bersifat spesifik terhadap kuman tersebut. Jadi prinsip pemberian imunisasi itu adalah memberikan antigen lewat vaksin ke dalam tubuh sehingga tubuh meresponnya dengan membentuk antibodi.

Berdasarkan data dari WHO, karena penyebaran COVID-19 secara global, lebih dari 117 juta anak di 37 negara berisiko terlambat mendapatkan imunisasi campak. Kampanye Imunisasi campak di 24 negara telah mengalami keterlambatan; beberapa diantaranya bahkan akan ditunda. Tidak adanya layanan Imunisasi dalam situasi pandemi COVID-19 berisiko menyebabkan kembalinya penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin yang aman dan efektif. Ketika layanan Imunisasi terganggu, meskipun dalam periode singkat selama pandemi, akan terjadi peningkatkan risiko Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti campak, difteri dan polio. KLB campak yang mematikan di Kongo tahun lalu, yang telah memakan 6000 korban jiwa di negara yang telah mengalami KLB Ebola terbesar, menekankan akan pentingnya melanjutkan pelayanan kesehatan esensial, contohnya imunisasi selama masa pandemi.

Di Indonesia, berdasarkan surat edaran dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tertanggal 24 Maret 2020 mengenai pelayanan imunisasi pada anak selama masa pandemi COVID-19, bahwa imunisasi tetap diupayakan lengkap dan dilaksanakan sesuai jadwal untuk melindungi anak dari PD3I (Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi).

Apabila kegiatan imunisasi tetap dilaksanakan di posyandu, maka harus dilakukan dengan prinsip social distancing, yaitu: pelayanan dilakukan di ruangan yang cukup besar dengan sirkulasi udara dua arah, memastikan area pelayanan posyandu dibersihkan sebelum dan sesudah kegiatan imunisasi, mengatur jarak antara petugas (minimal 1 meter), menyediakan wastafel dan sabun untuk mencuci tangan sebelum masuk ke ruangan imunisasi, mengatur jam kedatangan ke tempat pelaksanaan imunisasi sehingga tidak terjadi penumpukan, mengatur alur keluar dan masuk para orang tua yang mengantar anaknya imunisasi, serta petugas diharapkan dapat mensosialisasikan cara mencuci tangan yang tepat dan bagaimana menerapkan etika batuk/bersin. Para orang tua juga diwajibkan untuk memakai masker ataupun pihak penyelenggara posyandu bisa menyediakan masker untuk dibagi kepada mereka yang tidak memakainya.

Bila pelayanannya di puskesmas, maka puskesmas bisa menjadwalkan hari khusus untuk pelaksaaan imunisasi dan ruangan untuk tempat imunisasi terpisah agak jauh dari ruangan tempat poliklinik dimana pasien umum berobat. Sedangkan prinsip social distancing tetap sama dengan yang dilakukan oleh posyandu. Demikian juga halnya bila membawa anak ke klinik swasta ataupun ke praktik dokter anak.

Rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bahwa pertimbangan untuk tetap dilakukan pelayanan imunisasi walaupun di masa pandemi ini adalah cakupan imunisasi dasar (DPT dan MR) tahun 2019 masih belum mencapai 90%, juga karena imunisasi sangat penting diberikan pada bayi dan anak sampai usia 18 bulan karena bila tidak mendapatkannya berakibat terinfeksi sehingga bisa terjadi kecacatan atau meninggal. Dan pertimbangan lain adalah belum ditemukannya vaksin Covid 19.

Nah, apabila orang tua kesulitan untuk membawa anaknya karena kondisi pandemi sekarang, penundaan imunisasi dibolehkan di daerah dengan transmisi lokal yaitu maksimal satu bulan dari jadwal seharusnya, dan segera diberikan bila situasi memungkinkan.  Mengapa? Karena jangan sampai nantinya karena takut tertular dengan penyakit covid 19 ini tapi membuat jadwal imunisasi terlambat sehingga bayi dan anak kita menjadi rentan terpapar dengan berbagai penyakit infeksi lainnya. Pastikan nanti imunisasi yang tertinggal bisa dikejar kembali (catch up).

Sangat direkomendasikan saat ini adalah pemberian vaksin yang dapat mencegah pneumonia yaitu Vaksin DPT-Hib, vaksin Pneumokokkus, vaksin MR, dan vaksin Influenza, selain tentu saja juga tetap melengkapi vaksin dasar lainnya dan bisa menambah vaksin tambahan sesuai anjuran dari IDAI.

Saking pentingnya pemberian imunisasi ini, bahkan bayi yang lahir dari ibu yang terkonfirmasi positif hasil swab dengan COVID-19, tetap boleh diberikan vaksin Hepatitis B (bila kondisi bayi bugar). Bagaimana halnya dengan bayi atau anak yang menderita COVID-19 ini? Maka pelaksanaan imunisasi tetap boleh diberikan setelah 2x pemeriksaan hasil swab dinyatakan negatif dan setelah 14 hari gejala sudah menghilang. Sedangkan untuk bayi/anak yang memiliki kontak dengan pasien COVID-19, maka tunda imunisasi sampai setelah selesai isolasi mandiri selama 14 hari. Imunisasi baru diberikan bila tidak menunjukkan gejala.

Jadi untuk melindungi bayi dan anak kita serta mencegah terjadi KLB, berikan imunisasi sesuai dengan jadwal. Imunisasi adalah ikhtiar kita para orang tua untuk mencegah berbagai penyakit menular yang membahayakan buah hati kita.

Minggu, 03 Mei 2020

Normalkah Tumbuh Kembang Anak Kita?


Pertumbuhan dan perkembangan adalah sesuatu hal yang berbeda. Pertumbuhan didefiniskan sebagai bertambahnya ukuran fisik tubuh berupa berat badan (BB), panjang/tinggi badan (PB/TB), serta lingkar kepala. Sedangkan perkembangan adalah bertambahanya kemampuan fungsi tubuh menjadi lebih komplek, misalnya bayi bertambah kemampuan dari tengkurap kemudian duduk, dari duduk menjadi berdiri kemudian berjalan (motorik kasar), bertambahnya kemampuan motorik halus seperti bisa menggapai benda, menggenggam dan juga memungut benda benda kecil serta juga perkembangan bicara/bahasa. Pada perkembangan juga melihat kemampuan fungsi-fungsi individu yang lain yaitu pendengaran, penglihatan, komunikasi, emosi, sosial, kemandirian, kecerdasan, bahkan perkembangan moral.

Rabu, 29 April 2020

Persiapan MP ASI Di Tengah Pandemi Covid 19


Wabah penyakit Covid 19 masih saja terus menjadi masalah kesehatan saat ini baik bagi negara kita maupun berbagai negara di dunia. Semua negara sibuk dengan berbagai langkah pencegahan maupun pengobatan serta bagaimana menyediakan berbagai alat pelindung diri untuk para tenaga kesehatan yang berjuang di lini terdepan. Masyarakat dihimbau untuk di rumah saja, tidak melakukan kegiatan di keramaian, selalu menerapkan social distancing dan juga physical distancing. Keluar rumah hanya untuk keperluan penting saja. Bila tidak ada hal yang urgen maka sebaiknya tetap berada di rumah beserta keluarga.

Senin, 13 April 2020

TBC di Tengah Wabah Corona


Walaupun saat ini kita sedang berada dalam wabah virus corona yang melanda Indonesia dan dunia, akan tetapi permasalahan penyakit tuberkulosis (TBC) jangan kita lupakan. Sampai saat sebelum Covid-19, TBC masih menjadi pembunuh di dunia sehingga dikenal dengan istilah “Captain of the Men of Death”. TBC menyebabkan kematian sebanyak 4000 orang per hari dan sebanyak 1,5 juta orang per tahun di dunia. Setiap tanggal 24 Maret diperingati sebagai World TB Day atau Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS). Peringatan tersebut bertujuan untuk mengingatkan masyarakat bahwa TBC masih menjadi epidemi di dunia dan di Indonesia masih menjadi penyebab kematian nomor satu. Indonesia menetapkan tema nasional peringatan HTBS tahun 2020 adalah “Saatnya Anak Indonesia Bebas TBC, untuk Indonesia Unggul”.

Minggu, 05 April 2020

Mencegah Covid 19 pada Anak


Saat ini dunia sedang menghadapi pandemi virus corona baru. Suatu penyakit baru yang dinamakan dengan Covid-19 (Corona Virus Disease 2019). Penyakit yang menyerang saluran pernafasan dan paru yang pertama sekali terjadi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Awalnya kasus berupa pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya dan menimbulkan banyak korban meninggal. Kemudian diumumkan bahwa penyebabnya adalah virus SARS Cov 2. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona sudah pernah terjadi.  Virus corona ini merupakan virus yang sudah lama dikenal. Virus ini menyebabkan gangguan pernafasan ringan sampai berat. Ada penyakit MERS (middle East Respiratory Syndrome} yang pernah juga menjadi wabah di dunia, yang bersifat zoonosis, ditularkan dari unta kepada manusia. Kemudia ada juga SARS (Systemic Acute Respiratory Syndrome) yang ditularkan dari kucing luwak kepada manusia. Nah untuk covid-19 ini belum jelas diketahui apakah berasal dari hewan dan kemudian ditularkan kepada manusia.

Pakai Sarung Tangan bisa Cegah Corona?


Saat ini Indonesia sedang dilanda wabah virus corona atau dikenal dengan penyakit Covid-19. Termasuk juga di Aceh, terdapat 5 orang pasien Covid-19 yang positif, ada pasien dalam pengawasan (PDP) serta ada juga orang dalam pemantauan (ODP). Berbagai cara dilakukan oleh Pemerintah untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang penyakit Covid 19 tersebut, baik mengenai apa itu covid 19, cara penularannya, gejala yang timbul serta bagaimana cara pencegahannya.  Penyakit covid 19 ini ternyata sangat mempengaruhi semua lini kehidupan masyarakat. Ini bisa dimaklumi karena memang angka kejadian kasus yang sangat banyak di dunia dan jumlah kematian yang sangat tinggi. Masyarakatpun menjadi sangat khawatir dan berusaha waspada serta melakukan berbagai langkah pencegahan.

Minggu, 15 Maret 2020

Apakah Mimisan Berbahaya?


Mimisan merupakan keluhan yang paling sering dari para orang tua sehingga mereka membawa bayi atau anaknya periksa ke dokter. Para orang tua merasa sangat cemas bila anaknya mengalami mimisan. Mereka menjadi panik saat melihat darah yang mengucur dari hidung si anak. Mimisan dalam istilah kedokteran disebut dengan epistaksis. Apakah sebenarnya mimisan tersebut, apakah penyebabnya, hal apa saja yang perlu dilakukan di rumah saat anak mengalami mimisan dan kapan seorang anak harus dibawa periksa bila mengalami mimisan?

Selasa, 25 Februari 2020

Bullying Pada Anak

Beberapa waktu lalu kita terkejut saat membaca berita dimana seorang pelajar di salah satu sekolah menengah pertama (SMP) di Jakarta meninggal karena upaya bunuh diri yaitu dengan melompat dari lantai empat sekolahnya. Dari informasi yang beredar dikabarkan bahwa siswa tersebut selama ini sering mengalami bullying atau perundungan (walaupun sudah dibantah oleh pihak sekolah). Terlepas dari betul tidaknya kabar tentang bullying tersebut, hal ini sangat membuat ngilu. Sebelumnya juga ada beberapa kasus yang hampir sama, terjadi bunuh diri pada remaja karena mendapat perlakuan (dibully). Sungguh miris!

Minggu, 23 Februari 2020

Cegah Stunting dengan MP ASI Berkualitas


Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) bahwa angka stunting pada anak balita yaitu 30,8% dan pada baduta 29,9%, menunjukkan penurunan dibandingkan Riskesdas 2013 dengan angka stunting 37,2%. Meskipun tren angka stunting mengalami penurunan, akan tetapi angka stunting kita masih berada di bawah rekomendasi WHO (yaitu di bawah 20%). Persentase stunting di Indonesia secara keseluruhan masih tergolong tinggi dan harus mendapat perhatian khusus.

Senin, 03 Februari 2020

Corona Oh Corona



Serangan virus Corona menjadi trending topic saat ini di seluruh dunia, termasuk di Indonesia bahkan juga di Aceh banyak masyarakat awam yang mulai membicarakan virus ini. Postingan di media sosial setiap harinya tidak terlepas dari pembahasan ataupun sekedar membagikan informasi tentang virus ini. Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei. Sampai dengan 30 Januari 2020, secara global 7830 kasus konfirm di 20 negara dengan 170 kematian. Rinciannya berupa: China 7761 kasus konfirmasi (termasuk Hongkong, Taiwan, dan Macau) dengan 170 kematian, Jepang (7 kasus), Thailand (14 kasus), Korea Selatan (4 kasus), Vietnam (2 kasus), Singapura (10 kasus), USA (5 kasus), Nepal (1 kasus), Perancis (5 kasus), Australia (7 kasus), Jerman (4 kasus), UAE (4 kasus), Kanada (3 kasus), Kamboja (1 kasus), Finlandia (1 kasus), Srilanka (1 kasus).

Tertarik dengan kegiatan dan layanan informasi yang kami berikan?
Anda dapat memperoleh informasi terbaru melalui email.