ummihirzi@gmail.com

ummihirzi@gmail.com
Isi blog ini adalah makalah yang pernah saya buat dan presentasikan di IKA FK Unand, juga artikel kesehatan yang sudah dimuat di kolom Opini Media Lokal/Regional.

Mengenai Saya

Foto saya
Lahir di Bireuen, Aceh, tanggal 05 September 1977. Alumni FK Universitas Syiah Kuala Aceh. Dan telah memperoleh gelar Spesialis Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Aktif sebagai pengurus IDAI Aceh, IDI Aceh Besar, Anggota Komunitas Rhesus Negatif Aceh dan sebagai Konselor Menyusui juga Ketua Aceh Peduli ASI (APA)...

Selasa, 25 Februari 2020

Bullying Pada Anak

Beberapa waktu lalu kita terkejut saat membaca berita dimana seorang pelajar di salah satu sekolah menengah pertama (SMP) di Jakarta meninggal karena upaya bunuh diri yaitu dengan melompat dari lantai empat sekolahnya. Dari informasi yang beredar dikabarkan bahwa siswa tersebut selama ini sering mengalami bullying atau perundungan (walaupun sudah dibantah oleh pihak sekolah). Terlepas dari betul tidaknya kabar tentang bullying tersebut, hal ini sangat membuat ngilu. Sebelumnya juga ada beberapa kasus yang hampir sama, terjadi bunuh diri pada remaja karena mendapat perlakuan (dibully). Sungguh miris!

Apakah sebenarnya bullying tersebut? Kata bullying berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang berarti banteng yang senang merunduk kesana kemari. Bullying (sering disebut juga dengan istilah perundungan) atau perilaku bully adalah perilaku agresif yang dilakukan berulang ulang kepada seseorang yang lebih lemah secara sosial, emosional maupun psikologisnya. Bullying atau disebut penindasan, perundungan, perisakan, atau pengintimidasian adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bully adalah ancaman dari pihak yang kuat kepada pihak yang lemah. Pelaku bully ada yang sendirian ataupun berkelompok.
Berbagai jenis pembullyian yaitu berupa penindasan verbal, penindasan fisik, penindasan di dunia maya, penindasan seksual dan tindakan pengucilan. Penindasan verbal yaitu berupa mengancam, menjelekkan, mengejek, berkata kasar, menertawakan, mempermalukan dan memanggil dengan julukan yang tidak disenangi. Tanpa kita sadari, mungkin banyak kata kata yang dikeluarkan dalam keseharian yang ternyata berefek membully orang lain di sekitar. Bahkan orang tua juga bisa dikatakan melakukan bully kepada anaknya. Contohnya adalah di saat si anak mendapat nilai rendah atau tidak naik kelas atau tidak diterima di sekolah favorit, kata kata amarah dan merendahkan si anak baik saat di rumah apalagi di depan umum, termasuk dalam perilaku membully. Termasuk juga dalam tindakan penindasan verbal adalah dengan melabel seorang anak dengan kata kata “anak nakal, anak kurus, anak gendut, boboho” dan kata kata lainyang tidak menyenangkan.
Penindasan fisik yaitu tindakan yang dilakukan secara fisik misalnya memukul, mendorong, menendang, mencubit, merampas atau merusak barang orang lain. Penindasan di dunia maya atau yang dikenal dengan cyberbullying adalah suatu  tindakan bullying di dunia internet yang biasanya dilakukan oleh teman sebaya mereka, dengan tujuan membuat malu seseorang misalnya dengan mengunggah gambar ataupun dengan mengirim pesan untuk mengintimidasi atau mengancam. Bentuk dari cyberbullying umumnya terjadi secara berulang kali. Dampak cyberbullying ini malah lebih berat daripada jenis bully yang lain. Mengapa? Karena dengan sekali ‘klik” saja, maka serangan kata dan fitnah dapat menyebar dengan sangart cepat.
Seorang anak yang menjadi korban bully memiliki rasa takut untuk bertemu dengan teman, takut untuk bermain atau pergi ke sekolah, dan bahkan juga merasa takut untuk membicarakan masalahnya dengan guru bahkan juga dengan orang tua. Sangat dikhawatirkan terjadi dampak jangka panjang cukup serius, antara lain depresi, menyakiti diri sendiri, menarik diri dari pertemanan dan pergaulan, hingga bisa menyebabkan si korban melakukan bunuh diri. Dampak lain yang mungkin terjadi seperti seperti menurunnya rasa percaya diri, kegagalan di sekolah, merusak emosi dan psikologis, kesedihan mendalam dan frustasi. Korban juga dapat mengalami gangguan tidur dan makan, menutup diri dari pergaulan sehari hari, dan lainnya.
Ternyata perilaku bully atau kekerasan ini bisa diturunkan. Seorang anak yang sering mengalami kekerasan atau menyaksikan tindakan kekerasan, suatu saat malah bisa menjadi pelaku kekerasan juga. Ataupun bisa dipicu dengan tontonan tayangan televisi atau you tube dan medsos lainnya tentang kekerasan yang membuat si anak atau pelaku mencoba melakukannya. Awalnya mungkin bisa saja hanya ingin mencoba, tapi kemudian menjadi kesenangan ataupun kepuasan tersendiri bila bisa menakuti atau menindas orang lain.
Hal apa sajakah yang bisa kita lakukan untuk menghindari terjadinya pembullyan baik anak kita sebagai korban atau malah sebagai pelaku? Prinsipnya adalah menghindari diri tidak menjadi korban bully dan tidak menjadi pelaku bully itu sendiri. Orang tua sangat besar memegang peranan dalam ini. Kasih sayang yang besar dari orang tua, dan juga keluarga sangat berpengaruh. Anak yang diajarkan penuh perhatian, dididik ilmu agama dan diberi contoh perilaku yang baik cenderung akan terhindar dari perilaku bully. Orang tua harus cepat mendeteksi bila ada keanehan pada si anak yaitu bila mengalami beberapa ciri sebagai korban bully. Yang biasanya rajin ke sekolah kemudian menjadi sering bolos dan mencari alasan untuk tidak masuk. Sebelumnya anak ceria kemudian menjadi pendiam. Ataupun prestasi sekolah yang tiba tiba menjadi anjlok. Cepat menyadari perubahan pada seorang anak, akan lebih mudah mengatasinya.
Komunikasi juga sangat penting dibangun sesama anggota keluarga. Sehingga anak akan mau menceritakan berbagai masalah yang dihadapi baik itu di lingkungan pergaulan sehari hari maupun saat di sekolah ataupun yang dihadapinya di dunia maya.
Saat ini begitu banyak orang tua yang sudah membekali anak anaknya dengan gadget sehingga mereka dengan mudah bisa berselancar dan aktif berkomunikasi. Peran orang tua di sini untuk tetap memonitor gerakan anak anaknya walaupun di dunia maya. Orang tua harus awas dengan perubahan perilaku si anak.
Di lingkungan sekolah, para guru juga sangat berperan penting dalam mencegah serta menghentikan tindakan pembullyian. Para guru diharapkan bisa mendeteksi dengan segera apabila ada di antara para siswanya yang menjadi korban bully atau menjadi pelaku bully itu sendiri. Seorang anak yang mendapat perundungan sangat diharapkan bisa melaporkan kejadian yang dialaminya di sekolah kepada gurunya. Sehingga dengan demikian tindakan penindasan yang didapatkan dari temannya tidak berlangsung lama dan bisa segera dihentikan.
Anak yang sudah terlanjur menjadi korban bully dan mengalami dampak jangka panjang, sebaiknya dikonsultasikan dengan psikolog ataupun psikiater anak. Pendekatan berupa kasih sayang dan perhatian yang lebih dari para orang tua dengan meluangkan waktu lebih banyak bersama anaknya, sangat membantu dalam proses pemulihan. Anak adalah generasi penerus kita yang berarti generus penerus masa depan keluarga, bangsa dan agama, Maka, luangkan waktu berkualitasmu untuk anakmu hai Ayah dan Bunda.

Tidak ada komentar:
Write komentar

Tertarik dengan kegiatan dan layanan informasi yang kami berikan?
Anda dapat memperoleh informasi terbaru melalui email.