ummihirzi@gmail.com

ummihirzi@gmail.com
Isi blog ini adalah makalah yang pernah saya buat dan presentasikan di IKA FK Unand, juga artikel kesehatan yang sudah dimuat di kolom Opini Media Lokal/Regional.

Mengenai Saya

Foto saya
Lahir di Bireuen, Aceh, tanggal 05 September 1977. Alumni FK Universitas Syiah Kuala Aceh. Dan telah memperoleh gelar Spesialis Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Aktif sebagai pengurus IDAI Aceh, IDI Aceh Besar, Anggota Komunitas Rhesus Negatif Aceh dan sebagai Konselor Menyusui juga Ketua Aceh Peduli ASI (APA)...

Minggu, 23 Februari 2020

Cegah Stunting dengan MP ASI Berkualitas


Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) bahwa angka stunting pada anak balita yaitu 30,8% dan pada baduta 29,9%, menunjukkan penurunan dibandingkan Riskesdas 2013 dengan angka stunting 37,2%. Meskipun tren angka stunting mengalami penurunan, akan tetapi angka stunting kita masih berada di bawah rekomendasi WHO (yaitu di bawah 20%). Persentase stunting di Indonesia secara keseluruhan masih tergolong tinggi dan harus mendapat perhatian khusus.

Stunting adalah suatu kondisi dimana panjang/tinggi badan seorang anak lebih pendek dibandingkan panjang/tinggi badan anak yang lain pada umumnya (yang seusia). Penyebab stunting adalah kurangnya asupan gizi yang diterima oleh janin/bayi. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting juga diakibatkan oleh infeksi yang berulang terjadi pada anak baik berupa penyakit infeksi menular seperti infeksi pernafasan (pneumonia), infeksi saluran pencernaan (diare) dan lain lain. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan nantinya akan tampak saat usia anak dua tahun. Stunting saat ini menjadi masalah serius di Indonesia.
Berdasarkan penelitian di 137 negara berkembang bahwa salah satu penyebab terjadinya stunting adalah pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) yang kurang tepat. Banyak kesalahan dalam hal pemberian MP ASI dimana hal tersebut disebabkan oleh pemahaman yang kurang ataupun terbatasnya pemberian edukasi dan penyuluhan dari petugas kesehatan kepada masyarakat umum. Pada umumnya para ibu hanya memberikan tepung beras atau pisang sebagai MP ASI. Termasuk juga tren pemberian MP ASI menu tunggal selama 2 minggu pertama. Padahal makanan atau pola tersebut tidak mencukupi kebutuhan kalori yang dibutuhkan oleh seorang bayi.
Sangat diharapkan sebelum memulai MP ASI, para orang tua bisa berkonsultasi kepada petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus menilai kesiapan bayi untuk menerima MPASI berdasarkan perkembangan oromotor, yaitu bayi sudah dapat menegakkan kepala walaupun duduk masih dibantu, bisa mengkoordinasikan mata, tangan dan mulut untuk menerima makanan, dan mampu menelan makanan padat.
Menurut WHO Global Strategy for Feeding Infant and Young Children (tahun 2003) mengeluarkan rekomendasi agar pemberian MP ASI memenuhi 4 syarat, yaitu: 1). Tepat waktu (timely), artinya MP ASI harus diberikan saat ASI eksklusif sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Rekomendasi dari Unit Kerja Kelompok Nutrisi dan Penyakit Metabolik (UU NPM) PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), yang dimaksud dengan MP ASI tepat waktu adalah makanan padat atau makanan cair selain ASI yang diberikan pada periode penyapihan di saat ASI saja tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk tumbuh kembang optimal.
Syarat selanjutnya yaitu 2). Adekuat, artinya MP ASI memiliki kandungan energi, protein, dan mikronutrien yang dapat memenuhi kebutuhan makronutrien dan mikronutrien bayi sesuai usianya. Makanan utama harus mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, lemak dan vitamin serta mineral. Perlu dipastikan juga bahwa MP ASI harus mengandung zat besi yang memang sangat diperlukan oleh bayi. Karena kandungan zat besi dalam ASI pada saat usia 6 bulan sudah sangat sedikit kandungannya sehingga otomatis tidak bisa memenuhi kebutuhan bayi. Makanan berserat berupa sayur dan buah hanya perlu diberikan sedikit saja karena porsi yang besar bisa menghambat penyerapan zat besi. 3). Aman, artinya MP ASI disiapkan dan disimpan dengan cara cara yang higienis, diberikan menggunakan tangan dan peralatan makan yang bersih, memisahkan makanan yang mentah dengan yang matang, menggunakan sumber air yang bersih serta cara memasak yang benar dan penyimpanan makanan pada suhu yang tepat.
Kemudian 4). Diberikan dengan responsive feeding artinya MP ASI diberikan dengan memperhatikan sinyal rasa lapar dan kenyang seorang anak. Frekuensi makan dan metode pemberian makan harus dapat mendorong anak untuk mengonsumsi makanan secara aktif dalam jumlah yang cukup menggunakan tangan, sendok, atau makan sendiri (disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan seorang anak).
Para orang tua sangat diharapkan memperhatikan tentang asupan MP ASI yang tepat sehingga dapat dipastikan si anak menerima kebutuhan nutrisi yang suesuai dengan usianya.  Semoga dengan demikian, angka stunting di Indonesia bisa diturunkan.

Tidak ada komentar:
Write komentar

Tertarik dengan kegiatan dan layanan informasi yang kami berikan?
Anda dapat memperoleh informasi terbaru melalui email.