ummihirzi@gmail.com

ummihirzi@gmail.com
Isi blog ini adalah makalah yang pernah saya buat dan presentasikan di IKA FK Unand, juga artikel kesehatan yang sudah dimuat di kolom Opini Media Lokal/Regional.

Mengenai Saya

Foto saya
Lahir di Bireuen, Aceh, tanggal 05 September 1977. Alumni FK Universitas Syiah Kuala Aceh. Dan telah memperoleh gelar Spesialis Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Aktif sebagai pengurus IDAI Aceh, IDI Aceh Besar, Anggota Komunitas Rhesus Negatif Aceh dan sebagai Konselor Menyusui juga Ketua Aceh Peduli ASI (APA)...

Senin, 24 Juli 2017

BAHAYA KABUT ASAP BAGI KESEHATAN ANAK



Sejak beberapa bulan ini Aceh sedang dilanda musim kemarau. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa sejumlah wilayah di Provinsi Aceh memasuki puncak musim kemarau dengan suhu rata-rata 35 derajat Celsius. Terutama di dataran rendah pesisir Timur dan Barat suhu mencapai 35,8 derajat. Wilayah kabupaten/kota dataran rendah bagian Timur di Aceh meliputi Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Bireuen, Aceh Jaya, Lhokseumawe dan Aceh Tamiang. Sedangkan wilayah dataran rendah pada bagian Barat di Aceh seperti Tapak Tuan, Nagan Raya, Aceh Barat, Aceh Jaya dan Aceh Singkil. BMKG memperkirakan puncak musim kemarau terjadi selama hampir dua bulan ke depan atau terhitung mulai Agustus hingga September tahun ini.

Kondisi kemarau yang berkepanjangan ini sangat perlu mewaspadai ancaman kekeringan dan kebakaran hutan. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Aceh kembali mengingatkan Aceh yang sudah mulai memasuki musim kemarau rentan terjadi kebakaran, baik perkebunan, hutan maupun perumahan, terutama dekat lahan gambut. Khususnya di Aceh yang banyak dipenuhi dengan hutan. Luas areal hutan lindung Aceh 1.844.500 hektare (ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 170/Kpts-II/2000 yang diterbitkan 20 Juni 2000). Musim kemarau yang kering bisa menimbulkan titik panas) yang tersebar di seluruh penjuru wilayah Aceh. Data terbaru menunjukkan luas lahan gambut yang terbakar terpencar pada 12 titik atau lokasi dengan perkiraan mencapai 65 hektare lebih.
Kebakaran hutan sering terjadi akibat cara mempersiapkan lahan pertanian atau membuka lahan baru yang dilakukan dengan cara  pembakaran. Hutan yang terbakar membuat lapisan asap tebal yang terdiri atas campuran gas dan partikel halus akibat pembakaran pohon dan partikel tumbuhan lain. Kabut asap menjadi ancaman bagi kesehatan manusia. Kandungan oksigen di udara seharusnya mencapai 21%, namun bencana asap akan mengurangi persentase oksigen di udara sehingga  gangguan akan lebih mudah (rentan) terjadi pada penderita asma dan penyakit obstruksi saluran pernafasan lainnya, penderita penyakit jantung dan pembuluh darah, anak-anak, orang usia lanjut, wanita hamil, serta perokok .
Asap yang timbul tersebut menyebabkan terjadinya  iritasi lokal pada selaput lendir hidung, mulut, iritasi pada mata, tenggorokan, juga paru, kemudian bisa  memicu alergi (pada pasien asma akan merangsang timbulnya serangan) dan juga menurunkan fungsi paru pada anak. Anak menjadi kelompok yang paling rentan terkena dampak asap karena menghirup lebih banyak udara.
Asap yang mungkin memicu stress oksidasi pada sel dan jaringan sehingga menyebabkan peradangan dan kerusakan organ, seperti saluran napas.  Infeksi yang berat pada saluran nafas bisa sampai menimbulkan terjadinya peradangan pada paru berupa Pneumonia. Debu asap yang terhirup masuk akan menyebabkan pergerakan silia (rambut kecil) dalam hidung melambat dan kaku sampai terhenti. Lendir hidung menjadi tidak dapat dibersihkan sehingga produksi lendir menumpuk dan saluran nafas menyempit. Selanjutnya sel pembunuh bakteri rusak, bakteri berkembang biak dan terjadi infeksi.
Kandungan yang terdapat dalam asap adalah uap air, zat partikulat, zat terdifusi di udara, mineral, nitrogen dioksida, hidrokarbon, sulfur dioksida, karbonmonoksida. Pada pembakaran hutan bisa menghasilkan gas beracun dan debu yang dihasilkan menghambat sistem pernafasan. Polutan asap sangat kecil ukurannya mengandung partikel berukuran <10 span="">Karbon monoksida bersifat racun akan terikat oleh sel darah merah dan mengakibatkan gangguan peredaran oksigen di dalam tubuh. Kandungan karbonmonoksida (CO) menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan lahir dan kematian perinatal. Hidrokarbon aromatic polisiklik (benzo-alpyrene) menyebabkan kanker paru, kanker mulut, kanker nasofaring, dan laring. Zat nitrogen dioksida menyebabkan timbulnya gejala mengi, asma eksaserbasi, infeksi saluran nafas dan berkurangnya fungsi paru khususnya pada anak. Sedangkan sulfur dioksida juga menyebabkan gangguan paru serta gangguan kardiovaskular.
 Partikel padat dalam asap ini akan menghamburkan sinar matahari sehingga mengganggu pandangan. Oleh sebab itu kebakaran hutan juga akan mengganggu transportasi publik. Komposisi asap bergantung pada banyak faktor yaitu jenis dan kandungan air bahan bakar, suhu pembakaran, angin dan faktor cuaca lain, asap baru atau lama.  Kayu dan vegetasi hutan memiliki variasi selulosa, lignin, tannin, polifenol, minyak, lemak, resin, lilin dan karbon lain yang akan mempengaruhi komposisi asap yang dihasilkan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 289 tahun 2013 tentang Prosedur Pengendalian Dampak Pencemaran Udara akibat Kebakaran Hutan terhadap Kesehatan, monitoring kualitas udara menggunakan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU).  Dampak kabut asap terhadap kesehatan tergantung dari ISPU yaitu Nilai ISPU 0-50 dikatakan baik (tidak memberikan dampak bagi kesehatan manusia atau hewan), nilai 51-100 dikatakan sedang (tidak berpengaruh pada kesehatan  manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang peka), nilai 101-199 dikatakan tidak sehat (bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang peka atau dapat menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika). Kemudian nilai 200-299 dikatakan sangat tidak sehat (kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar), serta nilai 300-500 dikatakan berbahaya (kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi (misalnya iritasi mata, batuk, dahak dan sakit tenggorokan).
Efek kabut asap bisa bersifat jangka pendek dan jangka panjang. Efek jangka pendek selain berupa iritasi pada saluran nafas atas, juga menyebabkan mata perih dan merah. Efek jangka panjang yang dipengaruhi adalah merusak mekanisme pertahanan alami saluran pernafasan. Dengan rusaknya mekanisme pertahanan alami ini akan memudahkan setiap kuman masuk ke saluran pernafasan kita. Dan otomatis menyebabkan mudahnya orang tersebut terserang penyakit terutama yang berkaitan dengan penyakit di saluran nafas.
Mengurangi dampak asap yaitu bisa dengan menghindari atau mengurangi aktivitas di luar rumah atau gedung, terutama bagi yang menderita penyakit jantung dan gangguan pernafasan. Apabila kepungan asap sudah melewati batas indeks standar polutan, para orang tua harus segera  menutup rapat pintu dan jendela rumah. Kita memberikan pengertian pada anak anak dan anggota keluarga lain bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk bermain di luar rumah. Kepada mereka diberikan aktivitas alternatif  berupa bermain di dalam rumah,  atau membaca buku.
Apabila terpaksa keluar rumah karena keperluan yang mendesak harus menggunakan masker saat beraktifitas di luar rumah, disarankan untuk lebih banyak dan sering minum air putih. Juga makan makanan dengan gizi seimbang. Bagi penderita penyakit paru dan jantung mintalah nasihat kepada dokter. Segera berobat jika mengalami kesulitan bernafas atau gangguan kesehatan lain.
            Hal yang teramat penting adalah mengusahakan supaya jangan sampai terjadi lagi kebakaran hutan. Dan hal ini butuh itikad baik dari semua pihak yang terlibat. Bagi para pembuka lahan supaya bisa menghindari pembakaran hutan dalam hal pembukaan lokasi baru. Demikian juga di saat sedang musim kemarau, masyarakat dihimbau untuk sangat berhati hati dalam melakukan tindakan yang bisa menimbulkan percikan api seperti misalnya tidak membuang bekas api di sembarang tempat terutama di tempat kering seperti dedaunan di hutan karena itu yang akan menyebabkan kebakaran hutan. Contoh nyata adalah bagi perokok supaya tidak membuang puntung rokoknya sembarangan serta bagi masyarakat yang berkemah supaya bisa mematikan api setelah selesai melakukan keperluannya. Nah dengan pencegahan seperti ini dan adanya itikad yang baik dari semua pihak semoga suatu saat Aceh khususnya dan Indonesia bisa terbebas dari kebakaran hutan yang berdampak terhadap efek kabut asap yang sangat mengganggu kesehatan dan kehidupan.

*dr. Aslinar, SpA, M. Biomed
Wakil Ketua Forum PRB Aceh
Ketua Lembaga Lingkungan Hidup & Penanggulangan Bencana PW Aisyiyah Aceh


Tidak ada komentar:
Write komentar

Tertarik dengan kegiatan dan layanan informasi yang kami berikan?
Anda dapat memperoleh informasi terbaru melalui email.