ummihirzi@gmail.com

ummihirzi@gmail.com
Isi blog ini adalah makalah yang pernah saya buat dan presentasikan di IKA FK Unand, juga artikel kesehatan yang sudah dimuat di kolom Opini Media Lokal/Regional.

Mengenai Saya

Foto saya
Lahir di Bireuen, Aceh, tanggal 05 September 1977. Alumni FK Universitas Syiah Kuala Aceh. Dan telah memperoleh gelar Spesialis Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Aktif sebagai pengurus IDAI Aceh, IDI Aceh Besar, Anggota Komunitas Rhesus Negatif Aceh dan sebagai Konselor Menyusui juga Ketua Aceh Peduli ASI (APA)...

Senin, 02 Desember 2019

Waspada HIV-AIDS di Sekitar Kita


Setiap tanggal 1 Desember diperingati sebagai hari HIV-AIDS  dunia (World AIDS Day). Tujuan peringatan hari tersebut adalah untuk menumbuhkan kesadaran tentang wabah AIDS yang sudah melanda seluruh dunia. Pertama sekali digagas adalah pada tahun 1988 melalui pertemuan Menteri Kesehatan Sedunia. Awalnya dicetuskan oleh James W. Bunn dan Thomas Netter, dua pejabat informasi masyarakat untuk Program AIDS Global di Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) di Geneva, Swiss pada Agustus 1987.Infeksi HIV adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah penyakit yang menunjukkan adanya sindrom defisiensi imun sebagai akibat dari infeksi HIV. AIDS merupakan sekelompok kondisi medis yang menunjukkan lemahnya kekebalan tubuh, sering berwujud infeksi ikutan (infeksi oportunistik) dan kanker, yang hingga saat ini belum bisa disembuhkan. Perkembangan penyakit AIDS tergantung dari kemampuan virus HIV untuk menghancurkan sistem imun tubuh penderita dan ketidakmampuan sistem imun untuk menghancurkan HIV. Bila virus HIV masuk ke dalam tubuh manusia, maka ia akan berusaha menempel pada sel dan masuk ke dalamnya. infeksi HIV menyebabkan sel sasarannya menjadi rusak sehingga pada saat jumlahnya sedemikian rendah maka sistim imun tubuh menjadi tidak dapat berfungsi untuk menghalau infeksi yang ringan sekalipun.

            Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan Juni 2019, HIV AIDS telah dilaporkan oleh 463 (90,07%) kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia.Terdapat penambahan 2 kabupaten/kota yang melapor dibandingkan triwulan I tahun 2019. Jumlah kasus HIV yang dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2019 mengalami kenaikan tiap tahunnya. Jumlah kumulatif kasus HIV yang dilaporkan sampai dengan Juni 2019 sebanyak 349.882 (60,7% dari estimasi odha tahun 2016 sebanyak 640.443). Terdapat 5 provinsi dengan jumlah kasus HIV tertinggi adalah DKI Jakarta (62.108), diikuti Jawa Timur (51.990), Jawa Barat (36.853), Papua (34.473), dan Jawa Tengah (30.257).
Sedangkan  Jumlah AIDS yang dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2019 relatif stabil setiap tahunnya. Jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Juni 2019 sebanyak 117.064 orang. Persentase kumulatif AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun (32,1%), kemudian diikuti kelompok umur 30-39 tahun (31%), 40-49 tahun (13,6%), 50-59 tahun (5,1%), dan 15-19 tahun (3,2%). Persentase AIDS pada laki-laki sebanyak 58% dan perempuan 33%. Sementara itu 9% tidak melaporkan jenis kelamin. Jumlah AIDS tertinggi menurut pekerjaan/status adalah tenaga non profesional (karyawan) (17.887), ibu rumah tangga (16.844), wiraswasta/usaha sendiri (15.236), petani/peternak/nelayan (5.789), dan buruh kasar (5.417). Terdapat 5 provinsi dengan jumlah AIDS terbanyak adalah Papua (22.554), Jawa Timur (20.412), Jawa Tengah (10.858), DKI Jakarta (10.242), dan Bali (8.147). Faktor risiko penularan terbanyak melalui hubungan seksual berisiko heteroseksual (70,2%), penggunaan alat suntik tidak steril (8,2%), diikuti homoseksual (7%), dan penularan melalui perinatal (2,9%). Angka kematian (CFR) AIDS mengalami penurunan dari 1,03% pada tahun 2018 menjadi 0,3% pada Juni 2019.
Bagaimana dengan data penderita HIV dan AIDS di Aceh? Beerdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, sampai Juni 2019, dari Aceh dilaporkan terdapat 642 kasus HIV, dan kasus AIDS sebanyak 526. Sebanyak 52 orang penderita AIDS sudah meninggal. Dan saat ini terdapat sejumlah 474 orang yang hidup dengan AIDS. Sedangkan untuk data nasional, ditemukan sebanyak 16.777 orang penderita AIDS yang sudah meninggal.
Penularan virus ini yaitu melalui cairan tubuh berupa hubungan seksual, transfusi darah, berbagi alat suntik pada pengguna narkoba. Salah satu akibatnya adalah jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual tidak aman, yang selanjutnya akan menularkan pada pasangan seksualnya. Dan terbukti, dari data yang disajikan di Kemenkes, ternyata terdapat 16.844 orang IRT yang menderita AIDS.
Penderita HIV bukan hanya diderita oleh orang dewasa saja yang produktf secara seksual akan tetapi juga menjangkiti bayi baik bayi yang baru lahir (dari ibu penderita HIV) maupun anak. Sungguh suatu kondisi yang membuat miris dimana seorang bayi yang tidak berdosa, saat lahir sudah menderita penyakit ini. Risiko tersebut tentu berasal dari ibu yang hamil. Dan dari data terlihat banyak sekali ibu rumah tangga yang menderita HIV yang bisa saja mereka juga tertular dari si suami sebagai pembawa virus. Walaupun tidak tertutup kemungkinan bisa tertular melalui cara yang lain.
Untuk mendeteksi sedini mungkin para ibu hamil yang terinfeksi HIV dan tentu saja bertujuan untuk pencegahan terhadap lahirnya bayi bayi yang membawa virus HIV, maka saat ini Kementerian Kesehatan sudah gencar melakukan pemeriksaan skrining HIV pada semua ibu hamil. Pemeriksaan skrining HIV pada kehamilan dilakukan pada kunjungan pertama dan minimal satu kali selama hamil. Bila ibu hamil memiliki risiko tinggi tertular virus HIV, maka dilakukan pemeriksaan rutin. Ibu hamil yang positif terinfeksi HIV maka akan diberikan pengobatan Anti Retri Viral (ARV).  Dan Dari 1.000.550 orang ibu hamil yang diskrining, ditemukan sebanyak 3011 orang yang positif terinfeksi HIV.
            Kasus HIV/AIDS menurut jenis kelamin dilaporkan dua kali lebih banyak diderita oleh lelaki,      Saat ini kita juga disajikan dengan data yang mencengangkan dimana kasus HIV/AIDS banyak sekali diderita oleh para pengidap LGBT khususnya LSL (Lelaki Seks Lelaki). Di Banda Aceh saja terdapat 771 orang LSL dan 89 orang di antaranya positif menderita HIV. Perilaku LSL ini merupakan suatu paradoks di kota Banda Aceh, yang seharusnya tidak terjadi, akan tetapi malah semakin marak!!
Bagaimana mencegah hal ini? Butuh kerjasama semua pihak tentunya. Untuk bisa mencegah makin merebaknya kasus HIV/AIDS ini di tengah tengah masyarakat kita, baik di Indonesia pada umumnya dan di Aceh pada khususnya. Pencegahan yang perlu dilakukan adalah tidak melakukan hubungan seks bebas. Berganti ganti pasangan seksual sangat berisiko tertular virus HIV. Wajib setia dengan pasangan halalnya. Pencegahan lain yaitu dengan tidak terlibat dalam penyalahgunaan narkoba (penggunaan jarum suntik bersama, pemakaian jarum tatto bersama), serta skrining transfusi darah dari virus HIV.
Syariat Islam merupakan solusi dan benteng utama untuk pencegahan kasus HIV/AIDS ini. Islam menyediakan solusi dalam permasalahan yang ada dalam Al Qur’an dan hadits. Solusi ini bisa dijalankan siapapun untuk jauh dari HIV/AIDS dan dampak buruk selanjutnya. Solusi preventif berupa: Islam mengharamkan laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim berkhalwat, Islam mengharamkan perzinaan, pornoaksi pornografi dan segala yang terkait dengannya, Islam mengharamkan perilaku seks yang menyimpang termasuk iklan kondom yang memfasilitasinya, Islam melarang pria-wanita melakukan perbuatan yang membahayakan akhlak dan merusak masyarakat. Dari banyak kasus dan sudah ada penelitian lebih lanjut bahwa ternyata perilaku seks menyimpang banyak disebabkan oleh pola asuh dari orang tua yang salah, hubungan keluarga yang tidak harmonis dimana kurangnya mendapat kasih sayang, kemudian dipengaruhi oleh kontrol sosial yang lemah dan tentu saja pemahaman terhadap agama yang sangat kurang. Oleh karena itu, peran orang tua sangat besar dalam memberikan pendidikan moral dan akhlak bagi anggota keluarganya. Peran kontrol sosial dari masyarakatpun sangat diharapkan. Jadi mari kita menjadi orang tua sekaligus masyarakat yang punya nilai kepedulian sosial tinggi yang peduli terhadap berbagai fenomena yang sedang marak terjadi.

Tidak ada komentar:
Write komentar

Tertarik dengan kegiatan dan layanan informasi yang kami berikan?
Anda dapat memperoleh informasi terbaru melalui email.