ummihirzi@gmail.com

ummihirzi@gmail.com
Isi blog ini adalah makalah yang pernah saya buat dan presentasikan di IKA FK Unand, juga artikel kesehatan yang sudah dimuat di kolom Opini Media Lokal/Regional.

Mengenai Saya

Foto saya
Lahir di Bireuen, Aceh, tanggal 05 September 1977. Alumni FK Universitas Syiah Kuala Aceh. Dan telah memperoleh gelar Spesialis Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Aktif sebagai pengurus IDAI Aceh, IDI Aceh Besar, Anggota Komunitas Rhesus Negatif Aceh dan sebagai Konselor Menyusui juga Ketua Aceh Peduli ASI (APA)...

Selasa, 09 April 2019

Aksi Filantropis Para Penyintas Bencana

Ikut serta berpartisipasi sebagai relawan di setiap lokasi bencana sepertinya sudah menjadi “candu” buat saya. Selalu ingin segera hadir memberikan bantuan kepada para penyintas bencana tersebut, setidaknya memberikan bantuan tenaga sebagai tenaga medis yaitu dokter spesialis anak. Saya mulai tergabung dengan Satgas Bencana Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) sebagai relawan yaitu dimulai saat terjadi gempa di Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Agustus 2018.
Banyak pengalaman yang didapatkan selama menjadi relawan medis. Pernah mengalami sendirian kejadian gempa dan tsunami Aceh pada tahun 2004 dulu, sangat bisa merasakan apa yang dirasakan oleh para penyintas bencana. Setiap para penyintas bencana menyimpan kisah tersendiri dalam hati masing masing yang mungkin sangat sulit untuk diceritakan kepada orang lain. Pun demikian mereka tetap punya sisi kemanusiaan  yang luar biasa dalam membantu orang lain walaupun dirinya sendiri terkena dampak..
Gempa dan tsunami yang terjadi di wilayah Sulawesi Tengah tepatnya mengenai kota Palu, kemudian Kabupaten Sigi serta Donggala terjadi pada tanggal 28 September 2018. Musibah yang amat dahsyat ini menyebabkan timbul banyak korban yang meninggal, juga luka parah serta ringan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban meninggal akibat gempa dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah dan sekitarnya yaitu 2.113 orang, jumlah korban meninggal tersebar di beberapa lokasi. Di Palu korban tewas tercatat 1.703 orang, Donggala 171 orang, Sigi 223 orang, Parigi Moutong 15 orang, dan Pasangkayu 1 orang. Sedangkan korban luka-luka akibat gempa dan tsunami Palu mencapai 4.612 orang. Penduduk yang mengungsi sejumlah 223.751 orang yang tersebar di 122 titik lokasi pengungsian.
Banyak masyarakat yang tiba tiba kehilangan anggota keluarga, kehilangan orang orang yang dicintai serta tiba tiba jatuh miskin karena semua harta benda lenyap karena musibah tersebut. Selain terjadi gempa dan tsunami, di Palu serta di kabupaten Sigi juga terjadi fenomena alam yang disebut dengan likuifaksi.
Likuifaksi mungkin menjadi istilah baru yang kita dengar. Kita semua baru “ngeh” tentang fenomena alam ini. Secara definisi, likuifaksi (soil liquefaction) adalah fenomena yang terjadi ketika tanah yang jenuh atau agak jenuh kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan, misalnya getaran gempa bumi atau perubahan ketegangan lain secara mendadak, sehingga tanah yang padat berubah wujud menjadi cairan atau air berat. Permukaan tanah bergerak dan amblas sehingga semua bangunan hancur. Proses geologi yang sangat mengerikan. Banyak korban terjebak di daerah tersebut. Nenek moyang masyarakat Palu sebenarnya telah merekam kejadian likuifaksi dalam istilah lokal, yang menandakan bahwa mereka telah mengenalinya sejak lama. Likuifaksi disebut dengan istilah 'nalodo' yang berarti amblas dihisap lumpur.
Saya tergabung dalam tim 4 relawan medis PP IDAI yang bertugas selama seminggu di tanggal 16 sampai 22 Oktober 2018 bersama satu orang spesialis anak yang lain yang berasal dari Jawa Timur. Kami menjadi saksi bagaimana para penyintas bencana ini memiliki sifat kedermawanan yang luar biasa. Nilai filantropisnya keren sekali. Mantap luar biasa.
Pada saat kami bersama tim pada waktu tersebut berjumlah empat orang (dua orang berasal dari IDAI Sulawesi Selatan), kami mampir di sebuah warung makan yang berada di pusat kota Palu. Kami makan sepuasnya karena memang sedang ‘lapar’ setelah selesai keliling ke lokasi pengungsian. Makanan yang disajikanpun ala rumahan serta tersedia lauk khas Palu yaitu daun kelor (dimasak santan) dan  sambal ikan roa. Setelah kami selesai makan kemudian menuju kasir. Nah, di saat membayar makanan ini kami dibuat tercengang oleh si ibu pemilik warung. Beliau katakan bahwa untuk para relawan silakan makan sepuasnya dan bayar seikhlasnya saja. Kami tanyakan kenapa demikian, beliau mengatakan bahwa itu adalah bentuk rasa terimakasihnya kepada para relawan yang sudah mau datang jauh jauh untuk membantu para korban bencana di Palu. Ya Allah, sungguh kami terharu dan mengucapkan Alhamdulillah serta terimakasih. Speechless. Dan beberapa kali kami kembali tapi tidak dalam balutan baju ‘relawan’, ternyata si pemilik warung tetap mengenal yang mana para relawan dan yang bukan. Kami masih tetap diperlakukan sama, makan sepuasnya dan boleh bayar sesuka hati saja.
Kisah kedermawanan sosial lain juga kami temukan di beberapa lokasi pengungsian. Selain memberikan pelayanan di RS Undata (Rumah Sakit Provinsi Sulawesi Tengah), kami juga turun ke beberapa lokasi pengungsian. Ada banyak sekali titik lokasi pengungsian. Di salah satu posko kesehatan pengungsian, setelah selesai tugas pengobatan, kami berbincang dengan para perawat dan bidan yang ikut membantu kegiatan pengobatan hari itu. Banyak kisah sedih dan mengharukan tentang gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah ini yang ternyata juga menimpa mereka. Salah satu di antara perawat tersebut malah kehilangan suaminya pada saat musibah tersebut. Rumahnya ikut hancur karena gempa. Luar biasa salut dan apresiasi yang sangat besar kepadanya walaupun sedang bersedih hati kehilangan orang tercinta namun masih tetap menjalankan tugasnya sebagai petugas kesehatan. Kami sempat terdiam sesaat waktu mendengar cerita beliau. Kemudian saya tanyakan kenapa sudah masuk kerja? Beliau menjawab,” Untuk apa kami bersedih terus di tenda bu dokter, lebih baik kami bekerja dan ikut membantu. Ini jauh lebih baik bagi kami dalam memulihkan luka”. Masya Allah, sungguh jawaban yang luar biasa.  Pelukan erat saya berikan untuknya.
Hal yang sama juga pernah saya temukan saat membantu para korban bencana gempa di daerah Tanjung, Lombok. Perawat yang bertugas di Poliklinik Anak di RS lapangan (RS Darurat yang dibangun Karena RS di daerah tersebut hancur total karena gempa), setiap hari membawakan makanan kepada kami. Seperti pisang rebus, gorengan dan lain lain. Padahal yang bersangkutan tinggal di pengungsian karena rumahnya juga retak parah akibat gempa. Beliau mengatakan sennag membawakan makanan, senang bisa menyuguhi tamu yang dating dari jauh untuk membantu mereka. Sungguh luar biasa tegarmu kawan, semoga Allah memberikan kesabaran dan kekuatan selalu dan engkau bisa terus bangkit.. Lombok BANGKIT. Palu BANGKIT..


1 komentar:
Write komentar
  1. The best casino slot machines - Goyangfc
    casino slots machine, bet 분석 gambling slot machine, 먹튀검증 abc-1111 casino 토토커뮤니티 slot 온라인슬롯 machine, casino, slot machine, slots games, online slots, 룰렛 판

    BalasHapus

Tertarik dengan kegiatan dan layanan informasi yang kami berikan?
Anda dapat memperoleh informasi terbaru melalui email.