ummihirzi@gmail.com

ummihirzi@gmail.com
Isi blog ini adalah makalah yang pernah saya buat dan presentasikan di IKA FK Unand, juga artikel kesehatan yang sudah dimuat di kolom Opini Media Lokal/Regional.

Mengenai Saya

Foto saya
Lahir di Bireuen, Aceh, tanggal 05 September 1977. Alumni FK Universitas Syiah Kuala Aceh. Dan telah memperoleh gelar Spesialis Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Aktif sebagai pengurus IDAI Aceh, IDI Aceh Besar, Anggota Komunitas Rhesus Negatif Aceh dan sebagai Konselor Menyusui juga Ketua Aceh Peduli ASI (APA)...

Minggu, 24 Maret 2019

Mengenal Epilepsi


Setiap tanggal 26 Maret, dunia memperingati Purple Day yakni sebuah gerakan global untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai epilepsi.. Tujuan peringatan ini setiap tahunnya adalah untuk terus memberikan edukasi kepada masyarakat luas tentang penyakit epilepsi, dan bahwa epilepsi bukanlah suatu aib bagi keluarga. Bukan merupakan penyakit menular ataupun suatu kutukan bagi si pasien dan keluarganya. Epilepsi dalam bahasa awam sering disebut penyakit ayan, sawan atau gila babi. Banyak yang menganggap epilepsi adalah penyakit keturunan bahkan menular dengan bentuk serangan kejang kaku kelojotan disertai keluarnya buih dari mulut. Padahal, tidak semua serangan epilepsi bermanifestasi dalam bentuk kejang.

Kasus epilepsi merupakan kasus morbiditas yang paling sering dalam bidang neurologi anak. Insidens epilepsi pada anak dilaporkan dari berbagai negara dengan variasi yang luas, sekitar 4-6 per 1000 anak. Di Indonesia terdapat paling sedikit 700.000-1.400.000 kasus epilepsi dengan pertambahan sebesar 70.000 kasus baru setiap tahun dan diperkirakan 40%-50% terjadi pada anak anak.
Sebagian epilepsi merupakan kejang berulang dua kali atau lebih tanpa penyebab, tanpa disertai dengan demam yang diakibatkan dari lepasnya muatan listrik yang berlebihan dari sel otak. Kejang yang terjadi bisa berupa kaku seluruh tubuh, timbul kedutan di mata atau wajah, atau anak hanya berupa melamun saja dan kemudian hilang tenaga bahkan sampai terjatuh. Kejang pada anak epilepsi tidak mesti mengeluarkan busa atau buih dari mulut. Bagaimana bentuk kejangnya tergantung pada area otak yang mana yang terkena.
Epilepsi merupakan suatu kejadian defisit neurologi atau gangguan fungsi otak yang terjadi akibat proses lepasnya muatan listrik  (over discharge) pada sel otak (neuron). Akibat gangguan pada lepasnya muatan listrik pada sel otak tersebut bisa menimbulkan gejala yang bermacam-macam, yang dapat timbul secara berselang sebentar atau berulang.
Epilepsi bisa diturunkan secara genetik, akan tetapi tidak semua epilepsi berkaitan dengan genetik dalam arti bahwa bisa saja epilepsi terjadi pada anak walaupun dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat epilepsi tersebut. Anak yang pernah mengalami perdarahan otak, riwayat radang selaput otak (meningitis), radang otak (ensefalitis), atau gangguan perkembangan otak yang lain bisa  mengalami epilepsi di kemudian hari. Banyak kasus terdapat penderita palsy serebral juga disertai dengan epilepsi. Anak dengan kejang demam juga memiliki risiko menjadi epilepsi bila terdapat kelainan neurologis sebelum kejang demam pertama, kejang demam kompleks dan adanya riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung dan terjadinya Kejang Demam Sederhana (KDS) yang berulang 4 episode dalam setahun atau lebih.
Untuk mendiagnosis epilepsi, pemeriksaan yang dilakukan adalah Electroencephalografi (EEG). Pemeriksaan EEG terutama untuk melihat bagian otak yang menjadi asal fokus kejang (kanan/kiri, bagian depan/samping/belakang), penyebaran kejang ke daerah lain di otak, serta melihat jenis epilepsi. Semuanya bermanfaat untuk menentukan obat anti-epilepsi yang akan diberikan, jenis epilepsi, dan menentukan perjalanan epilepsi itu sendiri pada kemudian hari.
Pasien yang sudah didiagnosis dengan epilepsi akan menjalani pengobatan obat anti epilepsi selama dua tahun. Obat anti epilepsi diberikan bertujuan untuk mengontrol kejang. Akan tetapi apabila pengobatannya dihentikan maka berisiko kekambuhan kejang.
Nah, apa yang bisa dilakukan apabila menemukan seorang penderita epilepsi sedang mengalami kekambuhan? Sebaiknya jangan menjauhi tetapi segeralah memberi pertolongan. Tindakan pertama  yang dapat dilakukan sebelum dibawa ke pusat layanan kesehatan adalah menyelamatkan pasien dengan melakukan antisipasi memperbaiki jalan nafas yaitu dengan memiringkan kepalanya agar air liurnya tidak masuk ke saluran pernafasan karena hal tersebut menyebabkan aspirasi. Dan selain itu penderita harus segera kita jauhkan dari air, api, ataupun unsur unsur yang membahayakan lainnya,
Prognosis anak penderita epilepsi tergantung dari berbagai faktor yaitu berupa seringnya terjadi demam, ada tidaknya kelainan neurlogis atau kelainan mental, jenis serta lamanya kejang. Prognosis sangat dipengaruhi oleh terkontrolnya kejang. Penderita akan bisa hidup normal bila sudah terkontrol kejang (bebas serangan kejang) dan terbebas dari konsumsi obat anti epilepsi.


Tidak ada komentar:
Write komentar

Tertarik dengan kegiatan dan layanan informasi yang kami berikan?
Anda dapat memperoleh informasi terbaru melalui email.