ummihirzi@gmail.com

ummihirzi@gmail.com
Isi blog ini adalah makalah yang pernah saya buat dan presentasikan di IKA FK Unand, juga artikel kesehatan yang sudah dimuat di kolom Opini Media Lokal/Regional.

Mengenai Saya

Foto saya
Lahir di Bireuen, Aceh, tanggal 05 September 1977. Alumni FK Universitas Syiah Kuala Aceh. Dan telah memperoleh gelar Spesialis Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Aktif sebagai pengurus IDAI Aceh, IDI Aceh Besar, Anggota Komunitas Rhesus Negatif Aceh dan sebagai Konselor Menyusui juga Ketua Aceh Peduli ASI (APA)...

Minggu, 17 Maret 2019

ASI, Fondasi Kehidupan


Pemberian ASI atau menyusui merupakan bagian dari pemenuhan nutrisi, ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan. Terkait dengan issu ketahanan pangan, maka pemberian ASI kepada bayi merupakan aspek penting yang perlu diperkirakan dalam issu ketahanan pangan karena karena selain ekonomis, ASI merupakan sumber pangan yang alami, sangat praktis, dan selalu tersedia setiap saat dibutuhkan dengan suhu yang sesuai dan berkesinambungan demi masa depan generasi kita.
Menurut Undang Undang No.18 tahun 2012, pengertian ketahanan pangan adalah "kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan". Masyarakat dikatakan memiliki ketahanan pangan apabila semua anggota keluarga (termasuk juga bayi) memiliki akses terhadap makanan dalam jumlah yang cukup dan mutu yang baik, dengan harga terjangkau, dapat diterima dan selalu tersedia secara lokal/dalam negeri secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Pemberian ASI merupakan jaminan ketahanan pangan bagi bayi-bayi. Tidak ada bahan makanan yang selalu tersedia setiap saat, terjangkau dan bernilai gizi tinggi selain ASI, karena ASI saja  merupakan makanan lengkap untuk bayi hingga berumur 6 bulan.
Pada masa awal kehidupan anak terdapat istilah 1000 hari pertama kehidupan yang terdiri dari 270 hari (9 bulan) masa kehamilan dan 730 hari (2 tahun) usia anak. Air Susu Ibu (ASI) merupakan merupakan bagian penting dalam dua tahun kehidupan anak. ASI merupakan minuman yang tidak tergantikan bagi bayi. Tidak ada satupun susu formula yang bisa menyamai isi kandungan ASI. Allah sudah menciptakan ASI untuk mencukupi kebutuhan bayi selama 2 tahun. Perintah Allah kepada para Ibu untuk menyusui bayinya selama 2 tahun tersebut termaktub di Al Quran dalam Surat Al Baqarah ayat 233. Pada enam bulan pertama perlu diberikan ASI secara eksklusif yang berarti si bayi hanya diberikan ASI saja tanpa ada makanan dan minuman lain termasuk susu formula, madu, air tajin juga air putih.
            Dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF pada tahun 2002 mengeluarkan Rekomendasi, bahwa standar emas pemberian makan pada bayi dan anak adalah: 1). Mulai segera menyusu dalam setengah jam sampai 1 jam setelah lahir, 2). Memberikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, 3). Mulai usia 6 bulan baru diberikan Makanan Pendamping (MP) ASI dan 4). Meneruskan menyusui sampai usia 2 tahun. Untuk mencapai keberhasilan menyusui memerlukan dukungan Pemerintah, dan semua lapisan masyarakat. Sehubungan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030, menyusui merupakan salah satu langkah pertama bagi seorang manusia untuk mendapatkan kehidupan yang sehat dan sejahtera.
            Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Usia bayi baru lahir sampai dua tahun merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal. Akan tetapi apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang tentu saja akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada  saat ini maupun masa selanjutnya termasuk risiko terjadinya stunting.
            Berdasarkan data dari Satuan Tugas (Satgas) ASI PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI), bahwa terdapat beban yang sangat besar bila tidak menyusui di Indonesia. Adapun beban yang dimaksud yaitu berupa: 1).  Bertambahnya kerentanan terhadap  penyakit (baik anak maupun ibu). Dengan menyusui, dapat mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kejadian diare dapat turun 50%, dan penyakit usus parah pada bayi premature dapat berkurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu, risiko kanker payudara juga dapat menurun 6-10%. 2 ). Biaya kesehatan untuk pengobatan. Dengan mendukung ASI dapat mengurangi kejadian diare dan pneumonia sehingga biaya kesehatan dapat dikurangi 256,4 juta USD atau 3 triliun tiap tahunnya. 3) . Kerugian kognitif - hilangnya pendapatan  bagi individual. ASI eksklusif dapat meningkatkan IQ anak, potensi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik karena memiliki fungsi kecerdasan tinggi. Tentunya hal ini akan meningkatkan potensi mendapatkan penghasilan yang lebih optimal. Dengan peningkatan IQ dan pendapatan per kapita, negara dapat menghemat 16,9 triliun rupiah. 4). Biaya susu formula. Di Indonesia, hampir 14% dari penghasilan seseorang habis digunakan untuk membeli susu formula bayi berusia kurang dari 6 bulan. Dengan ASI eksklusif, penghasilan orangtua dapat dihemat sebesar 14%. Sangat besar efek yang menguntungkan dari pemberian ASI. Baik keuntungan untuk bayi, ibu, keluarga maupun negara.
*dr. Aslinar, SpA, M. Biomed
Ketua Aceh Peduli ASI, Konselor Menyusui

1 komentar:
Write komentar
  1. It’s advisable that each company wishing to operate a gambling or gaming-related enterprise, ought to apply for and purchase an offshore gambling license. Then in 2004 the Department of Justice intervened when Discovery Communications agreed to run $3.9 million in advertisements for Paradise Poker, principally throughout World Poker Tour episodes on 카지노사이트 the Travel Channel. Discovery Communications aired $600,000 worth of advertisements and refused to air the remainder. Before Paradise Poker might get well the rest of the steadiness paid to Discovery for the advertisements (about $3.3 million), the Department of Justice seized the money. The obvious message was that online gambling sites that marketed within the United States might have their advertisements canceled and their property seized.

    BalasHapus

Tertarik dengan kegiatan dan layanan informasi yang kami berikan?
Anda dapat memperoleh informasi terbaru melalui email.