ummihirzi@gmail.com

ummihirzi@gmail.com
Isi blog ini adalah makalah yang pernah saya buat dan presentasikan di IKA FK Unand, juga artikel kesehatan yang sudah dimuat di kolom Opini Media Lokal/Regional.

Mengenai Saya

Foto saya
Lahir di Bireuen, Aceh, tanggal 05 September 1977. Alumni FK Universitas Syiah Kuala Aceh. Dan telah memperoleh gelar Spesialis Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Aktif sebagai pengurus IDAI Aceh, IDI Aceh Besar, Anggota Komunitas Rhesus Negatif Aceh dan sebagai Konselor Menyusui juga Ketua Aceh Peduli ASI (APA)...

Kamis, 07 November 2019

Daya Tarik Kebun Raya Bogor


Ini merupakan kali pertama saya datang ke kota Bogor, kota yang dikenal dengan istilah kota hujan dan kota petir. Kenapa dinamai demikian? Hal tersebut dikarenakan seringnya terjadi hujan dan juga petir di kota ini. Saya tiba di Bogor hari Senin siang dan langsung bergabung dengan peserta lain dalam rangka pelatihan tata laksana gizi buruk. Pelatihan ini diadakan dari tanggal 28 Oktober hingga 1 November oleh Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan UNICEF, mengundang enam provinsi dari seluruh Indonesia. Masing masing adalah Aceh, Banten, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
            Acara pelatihannya sangat padat dengan materi dan juga praktik. Saking penuh kegiatan dari pagi sampai magrib, belum ada waktu untuk keluar dari hotel. Kebetulan lokasi pelatihan sekaligus tempat menginap juga. Pada hari ketiga berada di Bogor, saya baru sadar bahwa di seberang hotel kami menginap, adalah kebun raya Bogor (KRB).
Langsung saya dan teman teman merencanakan untuk melihat lihat kebun raya tersebut pada saat pagi hari sebelum acara. Waktu subuh di Bogor yaitu jam 4 pagi, setelah menunggu agak terang, kemudian pada pukul 05.30 wib kami bergerak ke lokasi. Pintu masuk dijaga oleh para tentara. Sebenarnya kebun raya ini baru dibuka untuk pengunjung pada jam 8 pagi, tapi karena kami meminta supaya boleh masuk untuk menikmati udara pagi jadilah diizinkan oleh mereka. Apalagi setelah tahu kami datang dari daerah yang jauh.
            Biaya masuk ke kebun raya ini adalah 15 ribu rupiah saja. Tidak ada batasan waktu berapa lama kita berada di dalam, silahkan bisa sepuas hati berjalan kemana mana di dalamnya. Kesan pertama yang saya rasakan adalah takjub. Udara segar menyeruak dimana mana. Adem sekali rasanya. Bisa berolahraga jalan kaki dengan udara segar karena penuh pepohonan. Mata kami dimanjakan juga dengan pemandangan yang masya Allah sungguh menakjubkan. Banyak bunga indah yang ditanam rapi dan ada juga bunga yang tumbuh di semak belukar akan tetapi tetap terlihat cantik. Pepohonan besar banyak sekali berjejer, bisa dikatakan pohon raksasa. Baru sekarang saya melihat ada pohon yang sangat besar dan rindang sekali. Banyak koleksi tumbuhan raksasa di sini. Ada teratai raksasa, anggrek raksasa, bambu raksasa, dan juga pakis raksasa. Tanaman langka yang dilindungi  juga ada berupa bunga bangkai, pohon leci,  bunga fragnant frangipani (bunga yang akarnya keluar dari tanah), bunga lily Jawa, pohon raja dan koleksi kelapa sawit yang tertua di Asia Tenggara dan masih hidup sampai sekarang. Semua tanaman dan tumbuhan terawat dengan baik di kebun raya ini. Saya melihat banyak pohon yang mulai bengkok baik batang, ataupun cabangnya, langsung dipasangkan kayu penahannya. Kayu yang dibuat sedemikian rupa sehingga tetap terlihat indah, Selain itu telinga juga mendengar riuh kicau burung yang bertengger dimana mana. Suara aliran air sungai yang jernih ikut menambah semarak indah pagi hari kami tersebut.
            Pagi hari tersebut kami hanya bisa berkeliling selama 1,5 jam saja karena harus kembali ke hotel untuk persiapan mengikuti kembali acara. Bertekad bisa kembali datang keesokan harinya, karena masih sedikit sekali lokasi kebun raya yang dijangkau. Kebun raya Bogor dinamakan juga kebun botani Bogor. Kebun raya ini sangat besar. Luasnya mencapai 87 hektar dan mempunyai sangat banyak koleksi tumbuhan dan pohon yaitu sebanyak 15.000 jenis. Selain banyak pohon dan tumbuhan, kebun raya ini juga menjadi tempat belajar para mahasiswa. Kami sempat berpapasan dengan rombongan mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor (IPB) semester satu yang sedang mengamati pergerakan burung. Mereka kemudian menggambar burung tersebut di kertas yang mereka bawa dan lalu mendeskripsikan masing masing burung yang berhasil dibidik dengan kamera. Luar biasa, lokasi wisata bisa menjadi lokasi belajar juga.       Dan ternyata KRB ini juga memiliki banyak situs sejarahnya. Berdasarkan informasi dari website LIPI Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, saya mendapatkan informasi tentang sejarah KRB ini. Penasehat pemerintah Belanda, Reinwart setelah pada tahun 1816 diangkat sebagai Direktur Pertanian, segera memulai riset dalam bidang ilmu tumbuh tumbuhan, termasuk meneliti berbagai tumbuhan yang bisa dijadikan obat. Dibantu oleh seorang ahli botani yaitu William Kent, lahan yang awalnya merupakan halaman Istana Bogor kemudian dikembangkan menjadi sebuah kebun yang indah. Pada tanggal 15 April 1817, Reinwart mencetuskan gagasannya kepada Gubernur Jenderal Baron Van Der Capellen dan kemudian secara resmi didirikan sebuah kebun raya di Bogor, tepat satu bulan kemudian yaitu tanggal 18 Mei 1817 dengan nama Lands Plantentuin te Buitenzorg. Jadi saat ini KRB sudah berusia lebih dari dua abad lamanya.
            Setelah kemerdekaan, kemudian pada tahun 1949, kebun tersebut (Lands Plantentuin te Buitenzorg), berubah nama menjadi Jawatan Penyelidikan Alam, kemudian berubah menjadi Lembaga Pusat Penyelidikan Alam (LLPA) yang untuk pertama kalinya dipimpin oleh orang Indonesia yaitu Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo. Kemudian pada tahun 1956 dinamakan Kebun Raya dan dipimpin oleh Sudjana Kassan.
            Kebun raya Bogor ini terletak bersebelahan dengan Istana Bogor, tempat kediaman Presiden Indonesia, termasuk Prseiden Jokowi dan keluarga tinggal di istana ini sekarang. Kami menyempatkan diri untuk mendekati pagar istana, sekedar melihat indahnya gedung istana dan menyaksikan rusa yang berlarian di halaman istana. Rusa tersebut didatangkan langsung dari Nepal dan tetap terjaga dari dulu sampai sekarang. Masyarakat tidak dibolehkan masuk ternyata, Bila ingin masuk harus secara rombongan dan mengurus perizinan ke sekretaris Negara c.q Kepala Rumah Tangga Kepresidenan. Jadilah kamipun hanya mengambil foto dan berfose tepat di dekat taman teratai secara waktu yang sangat singkat. Kalau harus mengurus izin terlebih dahulu, tentu akan memakan waktu yang lama dan bisa bolos dari pelatihan yang sedang kami ikuti.
            Istana Bogor pada masa kolonial Belanda dinamakan dengan Buitenzorg yang berarti “tanpa kekhawatiran”. Mulai tahun 1870 hingga 1942, istana ini menjadi tempat kediaman resmi dari 38 Gubernur Jenderal Belanda dan satu orang Gubernur Jenderal Inggris. Istana tersebut dibangun pada tahun 1744, awalnya hanya sebagai sebuah rumah perisitirahatan dan berangsur angsur kemudian berubah bentuk bangunannya dan berubah fungsi sebagai istana. Pada tahun 1950 setelah kemerdekaan Republik Indonesia, istana kepresidenan Bogor mulai dipakai oleh Pemerintah Indonesia dan resmi ditetapkan sebagai salah satu dari istana Presiden Indonesia.
            Setelah puas berkeliling selama 2 kali di kebun raya Bogor ini dan merasakan udara segar dan mata serta telinga yang dimanjakan sekali, saya memimpikan supaya di semua kota mempunyai kebun raya seperti ini. Kebun raya yang bisa menjadi pusat udara segar, pusat penghijauan yang bisa meminimalisir banyaknya polusi udara yang timbul. Membayangkan kota Banda Aceh juga memiliki kebun raya seperti ini. Kapan ya?

Tidak ada komentar:
Write komentar

Tertarik dengan kegiatan dan layanan informasi yang kami berikan?
Anda dapat memperoleh informasi terbaru melalui email.